Pro-Kontra Ayat Ayat Cinta

Akhir-akhir ini saya melihat postingan senada yang membahas Ayat Ayat Cinta. Hal itu merupakan apresiasi para penonton Ayat Ayat Cinta yang menurut saya film ini cukup berhasil dalam segi promosi. Lihat saja berapa banyak orang yang menunggu film ini.

Terlepas dari pro dan kontra, menurut saya film ini cukup sukses. Saya menonton di bioskop pada hari biasa sepulang jam kerja. Ternyata bioskop tersebut cukup ramai, mengingat saya menonton pada hari kerja. Rupanya banyak yang menunggu film adaptasi dari novel Habiburrahman El Shirasy a.k.a Kang Abik. Inilah mengapa saya bilang cukup sukses, karena antrian di bioskop pun tidak dapat dihindari.

Sejujurnya, saya belum membaca novelnya. Saya punya novelnya tapi belum sempat baca soalnya nggak ada waktu. Karena itu saya belum bisa membuat perbandingan antara novel dan filmnya. Soal bajakannya pun, entah kenapa saya tidak tergoda untuk melihatnya. Apakah ini idealisme? Entahlah. Yang pasti saya adalah pecinta film yang memang hobby nonton di bioskop berhubung harga tiket nonton saat ini sudah mulai bersahabat. *ngelantur*

Tanggapan masyarakat yang sudah menonton memang berbeda, ada yang memuji, mengkritik, kecewa, dan menghujat. Saya sendiri ingin memberikan kritik, namun rasanya tidak sah karena saya belum membaca novelnya. Pujian pun ingin saya berikan, karena setelah membaca kisah dibalik layar Ayat Ayat Cinta di blog mas Hanung, saya jadi berasa seperti ikut susah dalam membuat film ini. Terus terang saya menghargai film Ayat Ayat Cinta, terlepas dari bagaimana hasil filmnya itu.

Ketika kuliah, saya pernah mendapat tugas membuat iklan, film pendek, dan juga pernah magang serta bekerja di suatu production house, sehingga saya tahu bagaimana sulitnya membuat sebuah film. Belum lagi harus ada kerjasama dari tim yang solid, karena tanpa kerjasama tim, apalah arti sebuah fillm.

Sayangnya beberapa produser banyak yang mementingkan komersial ketimbang isi film, sehingga inilah yang membuat film Indonesia berada pada tipe yang sama, cinta dan horor. Saat ini industri film Indonesia sudah mulai melangkah maju, hanya saja stereotip film Indonesia yang terkesan itu-itu saja membuat banyak orang lebih rela menunggu sampai film tersebut ditayangkan di TV atau sekedar mencari bajakannya di internet.

Saya sendiri bisa dibilang jarang nonton film Indonesia. Biasanya saya nonton film Indonesia apabila film tersebut akan saya tulis resensinya untuk media tempat saya bekerja. Jadi semata-mata untuk pekerjaan, tidak lebih. Sehingga saya bisa dibilang salah satu dari orang yang rela menunggu film Indonesia diputar di TV karena stigma “Film Indonesia nggak jauh-jauh dari horor dan cinta” yang sudah menempel di jidat saya.

Tapi untuk film Ayat Ayat Cinta, kali ini berbeda. Saya menonton karena penasaran dan ketika membaca blognya mas Hanung-lah yang membuat saya begitu ingin melihat film ini. Karena usaha keras mas Hanung dan para crew, film ini akhirnya selesai. Saya salut dengan hasil kerja mas Hanung. Walaupun banyak rintangan dalam membuat film ini, namun mas Hanung terus maju untuk menyelesaikannya. Saya acungkan jempol untuk usaha anda.

Soal perbedaan dengan novel, menurut saya sulit untuk menilai film yang diangkat dari novel. Seperti film Harry Potter, saya sebagai pembaca setia Harry Potter terus terang kecewa dengan filmnya. Karena banyak kesan yang berbeda dengan di novel. Sama seperti kasus film dan novel Ayat Ayat Cinta. Pastilah akan ada pro dan kontranya. Kita boleh memuji dan boleh mengkritik. Bebas! Lagipula tidak ada yang sempurna di dunia ini, begitu pula dengan adaptasi film dari novel.

Pada intinya, menurut saya film ini cukup bagus, karena saya melihat adanya pesan moral dari film Ayat Ayat Cintai. Teman saya yang merupakan non-muslim ketika menonton film ini ikut trenyuh, dan ia pun mengagumi tokoh Fahri maupun Aisha dalam film ini (walaupun banyak yang protes dengan perbedaan tokoh di novel dan di film).

Adapun film ini memberikan pengetahuan mengenai Islam walaupun tidak sebanyak di novelnya. Jadi walaupun film ini berbeda dengan novelnya, untuk saya, film ini punya kesan tersendiri. Berapa bintang yang saya beri untuk film ini? Err…saya no komen.. 😆

Anyway, ini cuma sekelebat opini saya yang subjektif mengenai pro-kontra film Ayat Ayat Cinta. 😀

161 respons untuk ‘Pro-Kontra Ayat Ayat Cinta

  1. chrisibiastika berkata:

    hhm… saya blm bs nonton filmnya soalnya blm ada yang upload ke youtube tapi suka banget ama sontreknya. denger2 sih gitu, terlalu komersil. yah, mo bikin film bagus gimanapun yang namanya pro kontra mah pasti ada. hehe..

    * tutup kuping dengerin cK nyanyi *

  2. Pyrrho berkata:

    Saya sudah baca novelnya dan berusaha untuk tidak menonton filmnya. Maklum, novel yang bagus tidak selalu berarti penggambaran visual dlm bentuk film juga jadi bagus. Imajinasi saya di buku/novel itu bisa berantakan kalau melihat penggambaran dlm filmnya.

    Betul, Film HarPot itu cukup mengecewakan kalau dibandingkan dengan novelnya. Film punya keterbatasan dlm mengeksplorasi ide, apalagi imajinasi yang terlanjur terbangun dlm benak orang-orang yg pernah membaca novelnya.

    Bagi yang sudah baca novelnya, nggak usah nonton kalau takut kecewa. 🙂

    Bukan nggak mendukung film Indonesia, tapi nanti selalu dibandingkan sama novelnya. Ya… biasanya jauh banget. Lebih jauh dari Jakarta-Beijing. :mrgreen:

  3. Pyrrho berkata:

    Habis nonton Love in the time of Cholera. Diangkat dari novelnya Gabriel G. Marquez, penerima Nobel Prize Literature tahun 1982. Dan seperti biasa : Kecewa. Karena saya membandingkannya dengan novelnya yang pernah saya baca.

    Sial…. melanggar janji sendiri nih… 😕

  4. cK berkata:

    @ pyrrho
    betul bang. dan imajinasi orang itu beda-beda. karena itu tanggapan atas film yang diangkat dari novel itu pasti selalu ada pro dan kontra…

    *teringat skripsi tentang film harpot yang diangkat dari novel*

    berarti kalau film yang diangkat dari novel, siap-siap kecewa aja karena nggak akan sama dengan deskripsi yang ada di novel…

  5. aRuL berkata:

    blum nonton nih, ntar deh…. ngomentnya…. hehehe….
    iyah sih saya juga sudah membuang jauh2 perasaan kecewa jika berbeda dengan novelnya.
    Saya pengen menikmati hasil karya film seorang Hanung Bramantyo dulu aja…

  6. yud1 berkata:

    hmm…

    …entah kenapa, saya sendiri malah tidak membaca novelnya sampai habis. dulu saya sempet ngikutin sih, waktu jadi cerita bersambung di Republika.

    tapi entah kenapa, saya masih tidak bisa memandangnya sebagai suatu novel yang ‘fenomenal’ atau sejenisnya — dan dengan demikian, nggak terlalu tertarik nonton film-nya. nggak tahu ya, rasanya agak sedikit… apa ya? sinetron-esque, mungkin.

    tapi mungkin, saya bakal jalan juga sih kalau ada yang ngajakin nonton. :mrgreen:

  7. Sawali Tuhusetya berkata:

    ini “lagu lama” yang sudah lama menggema dalam dunia perfilman kita mbak chika. ada banyak persoalan yang seringkali dilupakan oleh para sineas kita, terutama ketika hendak mengadaptasi dari novel ke layar lebar. kalo menurut saya sih awalnya mesti dari skenario. akan tetapi, seringkali *halah sok tahu* penulis skenario sering tak berdaya mempertahankan idealisme ketika yang berbicara dalah kaum kapitalis. mereka *orang2 berkantong tebal itu* seringkali memasukkan “selera”-nya ke dalam skenario. akibatnya, film hasil adaptasi itu berbeda jauh dengan teks aslinya. wah, jujur saja saya malah belum lihat film ayat2 cinta-nya si habibburahman itu. tapi melihat resensi mbak chika, kayaknya memang ada persoalan serius yang mesti dipahami oleh insan perfilman kita, mulai dari penulis skenario, produser, sutradara, hingga para pemain, agar dunia perfilman kita tak terjebak ke dalam film2 ktich yang hanya mengumbar “sekwilda” (sekitar wilayah dada) dan “bupati” (buka paha tinggi2). *halah*

  8. cK berkata:

    @ arul
    coba tonton aja rul. menurut saya lumayan bagus kok. 😀

    @ yud1
    yudi mau nonton sama saya?? :mrgreen:

    *kedip kedip gatel*

    @ sawali tuhusetya
    betul banget om. mas hanung sendiri menulis di blognya kalau permintaan ‘atasan’-lah yang meminta beberapa plot cerita diubah agar mengikuti selera pasar. lagi-lagi ini balik ke komersial. makanya film yang diadaptasi dari novel tampaknya harus benar-benar diantisipasi. seringkali hasilnya tidak sesuai dengan bayangan.

  9. aRuL berkata:

    gara2 saya baca blognya mas hanung, bikin saya harus betul2 menghargai karya dia, makanya menunggu hari ini untuk nonton di bioskop2 deh..
    walau kemaren sekilas liat teman nonton filmnya (yang bajakan).

  10. Andrew Anandhika Wijaya berkata:

    badai pasti berlalu dan nagabonar itu bagus lho…

    habis gimana… ekspedisi madewa yang beda itupun terbukti nggak laku kan…??? susah degh… emang orang indonesia maunya yang love is cinta, hate is benci, enough is cukup…

    *nglanjutin nonton godsend*

    parahnya lagi ftv juga udah mulai striping, jadi idenya dipaksakan membajak dari drama amerika… sampe film mistis yang di Indosiar itu pernah sekali mlagiat mummy return…

    *nglanjutin nonton godsend*

  11. cK berkata:

    @ andrew anadhika wijaya
    saya lebih suka nagabonar… 🙄

    entah kenapa memang rata-rata yang laku itu kok film menye-menye™ ya? 😕

    kalau sinetron dan ftv, saya sudah buang jauh-jauh sejak tahun lalu. sinetron, apaan tuh? 😛

  12. Andrew Anandhika Wijaya berkata:

    judulnya itu siluman ular apaan gitu saiyah lupa… konsepnya sama… adheknya pake gelang pusaka, nggak bisa dilepas, terus harus ke kuilnya gitu buat ngelepasin….

    ftv yang terakhir saiyah tonton juga ternayta plagiat abis dari because i said so…

    kenapa yang laku felm menye-menye…??? ini ada quote bagus dari trax fm…

    keep watching the movie, because if we keep watching the movie, they keep making the movie (the good one of course)

    ini kek vicious circle…. kenapa pelemnya banyak yang menye-menye…??? karena pasar maunya yang menye-menye… kenapa pasar mau yang menye-menye…??? karena adanya yang menye-menye….

    makanya….keep watching the movie, because if we keep watching the movie, they keep making the movie (the good one of course)

  13. reedler berkata:

    Yah kalo nonton film yang diangkat dari Novel atau Game, daku belajar untuk melihat keduanya dalam sisi yang berbeda (walo iya sih kadang2 kekecewaan tidak dapat dibendung).

    Ini Drama Bukan? Kalo drama daku avoid deh… mending baca novel na..

    dan novel yang di felmkan itu

    “kayak sapi yang dijadiin kaldu blok”

    alias memang musti dipaksa >.<
    viva felm indonesia

  14. Firman berkata:

    Di Bandung udah tayang sejak tgl 25 februari, gw jg uda nonton.
    Jangan bandingkan film ini dengan novelnya, coz kalian pasti akan kecewa dan bilang ”Film yg jelek”. Lihatlah film ini sebagai film baru yg tdk ada kaitannya dgn novelnya. Kalau dibandingkan dgn novelnya, jelas filmnya sangat berbeda. Tapi secara keseluruhan, film ini BAGUS banget, bahkan bisa membuat mata Qt berkaca-kaca. Walaupun unsur islaminya sedikit dan alurnya aga berbeda, tapi film ini menyuguhkan rasa yg berbeda. Tidak seperti film2 cinta dan hantu yg memuakan. Jika kalian berharap film ini bisa seindah novelnya, maka kalian adalah orang yg menginginkan kesempurnaan. Dan Qt semua tahu bahwa kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Begitupun dgn film ini, dibuat dgn niat yg baik oleh seorang Hanung yg masih belajar dan bukan org yg bisa membuat sesuatu dgn sempurna. Harusnya Qt bangga, karena film ini film agama. Daripada Qt trz disuguhi film horror yg menonjolkan perbuatan syirik. Apa bedanya Qt dgn org2 jahat jika Qt mencaci hasil karya dari seorang yg berniat baik? Astagfirullah.. didunia ini tdk ada yg sempurna, Mas Hanung pun hanya manusia yg masih dalam proses pembelajaran. Toh sekalipun Kang Abik yg membuat film ini, tdk akan seindah coretan penanya. Astagfirullah…

    http://profiles.friendster.com/peermannoer

  15. suprie berkata:

    ah link saya gak disebut **ngupil**

    btw, klo kamu belum tau, tokoh Fahri di novel sangat perfect dan berwibawa. Klo di film nya tokoh Fahri, matanya jelalatan sedangkan di novel sangat menjaga pandangan

  16. AngelNdutz berkata:

    Sebage Angel yg uda baca nopelnyah…Ndutz ngerasa kecewa ma sinopsis AAC the movie yang di cerocosin temen2 Ndutz, pi Ndutz c ttp penasaran ‘n pgn buktiin ndiri pilemnya’ kek apah

  17. tukangkopi berkata:

    kok komen barusan gak masuk? 🙄

    *siaran ulang*
    @ CY
    sepuluh taun gak masuk bioskop? 😯
    lo tiap hari masuk karaoke dangdut mulu sih… 😆

    *berasa basi soalnya nulis ulang* 😕

  18. CY berkata:

    @Tukangkopi
    enak aja, karaoke udah 4 tahun ga masuk. Nonton ama karaoke dua2nya dirumah… soalnya bisa pose suka2 dan home teaternya ga kalah ama bioskop eh hehehe… :mrgreen:

  19. carra berkata:

    *sok serius* aku adalah maniak novel.. biasanya aku jg kecewa kalo baca novelnya dulu baru nonton filmnya (studi kasus : LOTR wlopun tetep filmnya emg fenomenal, mnrt aku).. jd klo dah baca novel biasanya aku ga pgn nonton filmnya.. *sok seriusnya ilang lagi*

  20. cK berkata:

    @ andrew anandhika wijaya
    hmm…jadi yang harus kita lakukan adalah tidak menonton film menye-menye, sehingga moviemaker akan mengurangi film jenis tersebut, bener ga? 🙄

    @ -=«goenrock®»=-
    menurut saya pribadi sih biasa aja. :mrgreen:
    tata cahayanya kurang bagus, terkesan gelap. entah apa itu memang yang diinginkan sutradara, saya tidak tahu. tekstur pengambilan gambarnya sudah bagus. tapi ketika baca blognya mas hanung, ternyata memang ada kendala di kamera.

    @ tukangkopi
    kagak. 8)
    btw coba nonton deh. ajak cewek yang waktu itu.. :mrgreen:

    @ reedler
    yup, bener banget tuh. kayak film resident evil aja, penggemar gamenya banyak yang ga suka dengan realisasi filmnya. memang soal begini nggak akan ada habisnya kalau dibahas.

    btw AAC ini film drama. drama religius sekaligus ada unsur percintaannya. :mrgreen:

    @ firman
    saya sendiri merasa film ini ada yang beda kok. nggak seperti film cinta kebanyakan. 😀

    @ mbelgedez
    kenapa mas? ngilu ya? :mrgreen:

    @ venus
    ajak juragan aja kalau mau nonton. :mrgreen:

    @ itikkecil
    wakakakakk…ini adalah salah satu dari orang yang rela menunggu 6 bulan sampai muncul di tipi… 😆

    @ nne
    gapapa. bebas kok. ^^

    @ suprie
    saya masukin link yang kira-kira relevant sama tulisan aja. 😀

    makanya yang saya bahas adalah mengenai jangan membandingkan film dengan novelnya. karena akan jauuuuuh berbeda. lagipula menurut saya tidak ada yang sempurna. mungkin tokoh fahri di novel sangat perfect. tidakkah itu sedikit aneh mengingat tidak ada yang sempurna di dunia ini? 🙄

    @ angelndutz
    ayo nonton ama mas mu itu.. :mrgreen:

    @ cy
    walah…seringnya nonton layar tancep ya? 😆

    @ dobelden
    ayo nonton dulu. ntar bikin perbandingannya. 😀

    @ tukangkopi
    *giling yudis jadi biji kopi* 😈

    @ goes
    coba ditonton dulu. 😉

    @ cy
    huuuuu pamer!!

    *timpuk cy pakai seperangkat alat karaoke*

    @ rein
    nggak perlu login sih. cuma kok ketangkep akismet ya? 😕

    @ carra
    saya juga suka baca novel. memang apabila kita baca dulu novelnya, siap-siap kecewa aja kalau novel tersebut diangkat jadi film…

  21. nicowijaya berkata:

    *males baca harpot, malah suka nonton pilemnya*

    bner, pilem ma nopel jangan disamakan. masing2 ada kelebihan dan kekurangannya. baik ekspresi maupun pelatarannya. apalagi nonton yang bocorannya, masih ada angka-angkanya… hohoho

  22. chic berkata:

    huah belum nonton, padahal dapet undangan gratisan nya udah dari minggu kemaren 😛
    baca bukunya udah dua tahun yang lalu, jadi rada ngga minat juga nontonnya.

    gara-gara baca curhatnya Mas Hanung, jadi malah penasaran, kayak apa sih film yang harusnya menyebar dakwah kalah ma nilai komersial itu… hehehehe

    *siyap-siyap mo nonton*

  23. nana berkata:

    udah nonton chik.. akhirnya lega… ternyata ga buruk2 amat.. hanya saja buat yang sudah baca novelnya lebih baik klo pas nonton ga dibanding2in. buatku yang mengganggu justru mike yang tiba nongol diatas kepala surya saputra waktu si aisha ‘minggat’ kerumahnya untuk nenangin diri… ga banget deh pas itu.. overall… lumayan lah 😉

  24. cK berkata:

    @ nicowijaya
    wah…jangan-jangan kamu nonton yang bajakannya, jadi masih ada angka-angkanya gitu.. :mrgreen:

    *suudzon*

    @ deteksi
    betul rangga det… 8)

    @ chic
    ada juga yang penasaran karena baca curhatnya mas hanung. sama kayak saya berarti. 😀

    @ robert manurung
    hihihi…saya les cinta aja deh. kayaknya lebih murah… 😆

    @ nana
    walah…saya nggak perhatiin bagian itu. mungkin itu kekhilafan dari editornya.. 😆

    @ abeeayang™
    wah…saya nggak tau tuh… 😕

  25. achoey berkata:

    Di Indonesia, biasanya film lebih bagus dari novelnya
    Tapi AAC adalah adalah sebuah pengecualian.
    Karena filmnya tak sebagus novelnya.
    Yang sudah baca novelnya ya wajar kalo kecewa.
    AAC merupakan film Indonesia yang paling laris.
    Ya itulah kenapa filmnya ga sebagus novelnya.
    Karena mereka lebih mentingin sisi komersialnya saja.
    Payah.

  26. olangbiaca berkata:

    tapi memang di novelnya banyak2 sekali pesan2 moral, tapi di film miskin sekali, bahkan ada adegan yg kurang pantas di film, yang dalam novelnya nggak ada. kemudan bintang yang jadi Fahri masih cupu, masih anak2, padahal kalo tokoh fAHRI adalah seorang yang dewasa dan seorang aktifis kampus, walau dia akhir2 ini kurang aktif di organisasi karna ia sedang menyelesaikan S2nya.

    mudah2an para masyarakat film lebih jeli memaknai sebuah karya novel.

  27. cK berkata:

    @ ina
    ayo nonton na, di jakarta. saya bayarin. 8)

    @ p4ndu_454kura
    kamu sih nonton water horse aja! 😈

    *ngasih lolipop ke pandu*

    @ hmcahyo
    tulisannya mencerahkan lho.. 🙂

    @ achoey
    hhmmm…AAC merupakan film indonesia yang paling laris itu belum tentu benar lho. karena baru tayang resmi hari ini. belum ada riset pemasaran yang mengatakan film tersebut film paling laris…

    tapi memang sekarang kebanyakan mementingkan komersial. bisa dilihat kok di dalam film yang mengiklankan suatu produk.

    @ manusiasuper
    betul tuh. lotr memang keren. mendekati dengan novel.

    @ sandynata
    gapapa. selera orang khan beda-beda.. ^^

    @ nazieb
    ada ya? bukan ayat ayat itu? :mrgreen:

    @ olangbiaca
    wa’alaikum salam..
    film ini bisa dijadikan masukan bagi para filmmaker lainnya. siapa tahu nanti akan banyak novel-novel indonesia terlaris yang diangkat menjadi film layar lebar…

    @ ekamalaysia
    yup, biar anak-anak muda bisa mencoba memahami pesan moral dalam film tersebut.. 😀

  28. Indra berkata:

    wah udah keluar ya di bioskop…
    aq kok kagak tau ya????

    Aq skrg di Riau…tp tak tau juga kalo udah tayang, padahal aq plg kul lwt Riau 21 kok…

    Sedih ya…

    tapi yg jls novelnya bagus banget, kalah deh harry potter

  29. Effendi berkata:

    *komen subjektif*

    Respon orang-orang baik sebelum tayang dan sesudah tayang itu NORAK.
    Sebelumnya dipuji-puji dan dinantikan, pakai embel-embel film Islami segala pula. Setelah tayang? Ha, tetap norak.

    Islami atau bukan, felem tetep felem. Responnya aja yang norak.
    Buang saja agama itu… *disambit*

    *kabur* 😆

  30. erander berkata:

    Sejujurnya, saya belum membaca novelnya …

    … Seperti film Harry Potter, saya sebagai pembaca setia Harry Potter terus terang kecewa dengan filmnya …

    Hahaha 😆 kalo gitu kita terbalik cK .. Novel Ayat-ayat Cinta sudah abang baca dan film-nya bikin kecewa. Sedangkan Harry Potter, abang ogah baca-nya, karena ga sempat, dan film-nya menurut abang bagus banget .. dan ga bikin kecewa hahaha.

    Jadi kesimpulan sementara .. seperti kata salah satu komentator, supaya tidak kecewa .. jangan baca novel-nya. Jadi pasti film Ayat-ayat cinta dan Harry Potter jadi tidak mengecewakan. 😆 .. saran yang jitu.

  31. cK berkata:

    @ rystiono
    ayooo…di surabaya udah ada lho.. :mrgreen:

    @ indra
    coba aja, siapa tau di riau ada.. 😀

    @ gun si pecinta effendi.com
    *berpikir ngiket gun dan maksa nonton ayat ayat cinta* 😈

    @ diki
    mwakakakakk… ditunggu donk premiernya! pokoknya saya harus diundang! :mrgreen:

    eh ayam ayam chicken? ga ayam ayam campus aja? 😆

    @ antobilang
    *ngasih alas ngakak*

    @ dobelden
    bukannya tanggal tua itu gajian? :mrgreen:

    @ erander
    waaah…kita kebalik bang..
    makanya saya nggak baca bang. nonton filmnya dulu.. 😆

    @ westnu
    berarti jangan ditonton. 8)

    @ cynanthia
    he? terus biasanya nonton apa?? 😕

    *membayangkan cynan nonton film jadul macam gone with the wind*

    *dilempar pake komputer*

  32. rumahkayubekas berkata:

    He…
    Bang Eby dah baca novelnya juga filmnya. hasilnya kecewa,
    cK dah liat filmnya, novelnya lom baca. Siap- siap kecewa?
    Ah kalo gitu ngga usah baca dan nonton ya? Nanti kecewa.
    Padahal emang ngga pernah nonton juga,

  33. rd Limosin berkata:

    duh, ak mungkin mending baca novelnya (pernah beliin novelnya untuk seseorang, cuma sampe sekarang ak sendiri blom baca 🙂 )

    secara klo liat di trailernya gag bagus deh, maklum ak trauma sama pilem yg diproduseri di Raja Shitnetron Indonesia

  34. hanungp berkata:

    saya udah nonton dan saya sependapat dengan jeng chika…*daripada digebukin*…film ini kalo dibandingkan dengan novelnya mang kurang *saya nonton dan baru selesai semalem baca novelnya*…buat ngebuktiian komen2 diatas…memang benar kualitas imajinasi dari dari novel jauh lebih dalem…..tapi berhubung saya nonton duluan…jadi film ini saya nilai lebih bagus dari pada film lokal lainnya yang beredar…sebuah penggarapan yg cukup halus untuk film yang mengangkat tema agama.sempet juga mampir ke blognya mas hanung *kebetulan nama depan gw sama moga2 kecipratan tenar* disana beliau juga menegaskan ide dan gagasan yang diambil memang mengalami intervensi dari pihak yg punya duit…

  35. Mrs. Fortynine berkata:

    hidup chikaaaa!!!

    *lempar lempar cK ke udara*

    saya sudah menunggu review yang seperti ini, terlepas dari review yang beberapa hari ini buruk dowank…

    ya emang nggak gampang bikin pilem… Harry Potter aja juga kadang suka agak beda sama nopelnya…

    apalagi aac …

    ya nggak Chik?

  36. sillystupidlife berkata:

    cK… aduh… sayah sakit perut baca komen-komen di blog kamu ini… Yang komen lucu-lucu… malah kadang suka gak penting dan gak nyambung… yang penting…. NGABSEN !!!!!…. Ahakhakahakahakhaakhakahak…. *lemes*

    Enyvvvwey, kasus film AYAT-AYAT CINTA ini sama persis dengan Film DEVILS WEAR PRADA, dimana penggambaran tokohnya kurang MEGANG… gak pas ajah gitu loh…

    Tapi sutra lah… gak penting juga kali ngebandingin novel ama film-nya… medianya berbeda, ya pasti beda juga dong hasil penggambarannya, hehehe… (dalem gini gue ngomongnya yah, ahhh, sok tue 😉 )

    Dah ahhh, film ini layak tonton kok menurut gue, terlepas dari bagusan novelnya dari filmnya… menghargai karya anak bangsa itu khan PAHALA… iya khan????…. iya khan????…. hehehe 😉

  37. Wazeen berkata:

    iya iya saya juga dihinggapi perasaan yang sama dengan chika 😉 saya juga males banget ngeluarin budget untuk nonton film dalam negeri…btw mungkin inilah film yang sangat disukain LSF ?…just a thought.

  38. binchoutan berkata:

    cuma sayangnya kenapa ada bagian yang ditambah2kan
    jadi kayak film india, untung nggak ada adegan kejar2an sambil nyanyi di tengah hujan *tutup mata-tutup kuping*.

    kalau menurut saya novel yang diangkat ke film dengan sangat bagus yaaa Lord Of The Rings… *tulalit* waduh kok nggak nyambung ya 🙄

  39. Gyl berkata:

    Setuju mbak… awalnya saya merasa biasa mau nonton filmnya yang masih versi bajakannya itu.

    Tapi baca blognya mas hanung… Aduh.. kok rasanya ikut menyakiti mas hanung kalo ikut nonton. Padahal udah sempat nonton yg bajakan 😦

    Menurut saya bagus… toch realistis. Kalo mau ideal terus memang gak mungkin. Sempat kecewa juga sich agak diubah. Tapi gpp lah.. masa’ mau nyuruh buat ulang film 😕

  40. zahra berkata:

    hiks2..pengen nongton jadinyah…*nangis2 memelas*

    cuma, swami saia susah amet diajak nongtonnya…secara, dia ga suka pilm drama indonesia…

    lam kenal yagh mba cK…

  41. cK berkata:

    @ rumahkayubekas
    nonton ajak istri aja kang.. :mrgreen:

    @ deniar
    coba aja tonton.. ^^

    @ rd limosin
    hyahahahaha…trauma, eh? 😆

    @ missglasses
    masa kehabisan? 😕
    coba beli sejam sebelum filmnya diputer. atau beli hari ini untuk nonton besok. :mrgreen:

    @ waterbomm
    ditunggu.. 😆

    @ hanungp
    walah…kirain mas hanung beneran.. 😆

    iya tuh, makanya film sama novelnya beda. permintaan ‘atasan’ sih.. 🙄

    @ mrs. fortynine
    betul say. 😉
    btw udah nonton belum? nonton ama siapa? 😀

    @ sillystupidlife
    wah..mbak…jangan kalap ketawanya. hati-hati.. 😆
    saya nonton devil wears prada, tapi nggak baca novelnya sih. 😕
    dan terlepas dari semua itu, menurut saya film ini layak ditonton.. 😀

    @ wazeen
    wah sama!! *toooss*

    @ jendral bayut™
    nonton sama siapa ayooo? 😈

    *ngecek anto, arya, almas dan deking*

    @ cempluk
    wah…ntar diposting yaa.. 😀

    @ binchoutan
    hihihi…saya juga sempet takut ntar jangan-jangan ada adegan kejar-kejaran.. 😆

    untungnya nggak ada.. 😐

    *mengamini*

    @ puty
    saya biasa aja ke fedi.. 😕 :mrgreen:

    *lebih suka nicholas saputra*

    @ gyl
    yang penting kita menghargai film ini.. 😀

    @ zahra
    coba nonton sama temannya aja.. 😀
    tapi kalau sama suami lebih afdol sih.. :mrgreen:
    salam kenal mbak zahra.. ^^

  42. suprie berkata:

    hoam, tetep menurut sayah film gak bagus … 😀 , emang sosok Fahri tuh sukar dibuat, karena sangat perfect.

    Eniwai, klo diajak nonton sama jeng cK saya juga mau koq, apa lagi klo dibayarin …

  43. purmana berkata:

    Kita memang sah2 saja kalo mau memuji si pembuat film… Tapi jangan salahkan juga orang2 yang menghujat dan mengejek si pembuat film karena karya yang mereka hasilkan kurang berkenan. Itu adalah sebuah resiko profesi…

    Sama saja kasusnya bila kita mengejek seorang insinyur yang gagal membangun gedung sehingga gedung itu roboh… padahal kita sendiri tidak tahu apa2 tentang ilmu bangunan. Hal itu sah2 saja sebab seorang insinyur sebagai ahli haruslah bertanggung jawab penuh.

    Dalam hal si pembuat film… ya sama saja, si pembuat film harus rela dimaki dan diejek kalo film yang dihasilkan itu jelek. Alasan mengenai sulitnya dalam proses itu kan merupakan bagian dari tanggung jawab dia sebagai “ahli”…

  44. MacDots berkata:

    Menurut saya seh…blom ada pilem yg bisa mentranslet karya novel 100% secara visual.
    Malah kalo terlalu di paksakan agar bisa sesuai dengan novel nya, bisa2 pilem tersebut jadi bertele-tele….karena pilem memiliki durasi yg terbatas.

    Jadi terima sajalah kalo itu pilem…bukan novel….hihohihohiho….
    *mohon maap …saya blom nonton pilemnya n baca novelnya*

  45. ndarualqaz berkata:

    Kyakakakaka, masih aja pertamax di blog sendiri.

    Tapi gimanapun komnetar orang, masih mending pilm ini dibandingkan pil horor-hororar yang nggak horor sama sekali ato pilm cinta-cintaan yang enggak cinta sama sekali (???).

    BTW, Tukang sampah sudah kembali meng-online…. wuakakakakakakaka

  46. rie susah login berkata:

    😆 *senyum2 baca komen2 diatas
    persepsi mengenai karya seni itu relatif, semuanya tergantung dengan apa yang ada di kepala kita masing2, contoh: untuk seorang seniman..lukisan monalisa tersenyum itu sebuah Maha Karya(menyimpan sejuta keindahan dan memiliki banyak makna), tapi buat seseorang yg pengetahuannya dangkal tentang seni lukis(seperti saya), paling2 cuma menganggap lukisan tersebut tak ada bedanya dengan lukisan seniman kaki lima..
    itu baru contoh tentang perbedaan persepsi satu jenis karya seni, dan bisa dibayangkan jika sekarang muncul perbandingan antara novel dengan film, yang mana keduanya merupakan jenis karya seni yang berbeda..jadi ngga ada gunanya kita membanding2kan dua hal tersebut, nanti yang ada malah menimbulkan dosa..
    adapun soal kekecewaan tentang filmnya(yang beda sama novel), secara ngga sadar kalau menurut saya(maaf kalo keliatan maksa)..hal ini menunjukkan seberapa besar ketahanan diri kita dalam menghadapi mimpi dan realita, ketika membaca novel kita berimajinasi(bermimpi) sesuka hati, namun kenyataannya(realitanya) filmnya jauh dari apa yang kita bayangkan sebelumnya..
    seberapa besar penolakan yang ada dikepala kita maka sebesar itulah ketahanan negatif kita untuk menghadapi kenyataan..

    CMIIW

    -maap ye chik klo komennya kepanjangan 😛

  47. edy berkata:

    saya sudah membaca novelnya bagus sekali
    suasananya indah dengan latar belakang Mesir

    kemarin lihat trailernya, sepertinya jauh

    mending
    nonton –
    nggak nonton –
    nonton –
    nggak nonton –
    nonton –

    ini masih menghitung kancing baju
    soalnya bajunya banyak sekali sih

    belum bisa memutuskan

  48. titov berkata:

    novelnya bagus banget… *trutama dibandingin novel2 teenlit yg membanjir*
    novel religi yang breakthrough banget,
    waktu mo dipelemin, sempet ragu juga kalok bakalan bisa ngimbangin kesaksesan novelnya,

    dan waktu baca curhatnya hanung di blog *lupa blognya* jadi was-was, ada gejala2 pelemnya bakalan sealiran sama pelem2 shitnetrong laennya *secara prod nya MD gt looh*

    dan kebetulan gw blom nongtong, besok gw ke jakarta, abis nongtong nih pelem gw balek lagi, baru gw komen ya chik… 😉

  49. niez-nya adit berkata:

    blum nonton…
    *nunggu agak sepian dikit

    saya tetep ga suka klo yang main Fedi Nuril. Irgi tetep lebih pantes buat jadi Fahri menurut saya… *ngomel2 sendiri

  50. zam berkata:

    wah.. mo nyaingin si ekowanz kasela nih..

    kalo cerita di balik pembuatan film, saya rasa semuanya sama. jadi kalo kamu bilang kamu tertarik dengan film ini karena mengetahui cerita dibalik pembuatannya, mungkin kamu jg bakal merasakan yg sama kalo misal kamu tau “betapa susahnya” membuat film-film horor dan cinta lainnya.. 😀

    ah, ini hanya komentar dangkal, sok tau, dan ngeselin saja.. 😀

    btw, saya belum (ndak) nonton film ini.. ndak tertarik.. 😀

  51. zam berkata:

    oiya, memang novel dan film adalah 2 media yg beda kali ya. sehingga sebuah novel yg difilmkan ndak akan bisa membawa kesan yg diperoleh dari baca novel ke film.

    la kalo novel bisa lebih seru karena visualisasi berasal dari diri kita sendiri. pembaca lah yang membayangkan sehingga di situlah letak keasyikannya.

    film, tentu beda. bayangan hasil pembacaan novel kemudian divisualisasikan oleh si sutradara film dan penulis skenarionya. makanya bisa muncul banyak pendapat antara pro dan kontra.. 😀

    ibaratnya gini. kamu ngalami dikejar anjing. terus kamu cerita ke temen. walau kamu sudah menceritakan dengan semirip mungkin, temen yg diceritain ndak akan mersakan sensasi yg kamu peroleh.. bukan begitu?

    duh.. komen apa lagi ini? lagi-lagi komen ngeselin dan ndak layak dicermati..

  52. cK berkata:

    @ suprie
    iya, sosok fahri itu susah. habis di novelnya ‘terlalu indah’ sih.. 😆
    memangnya siapa yang mau ngajak kamu nonton? 😕 :mrgreen:

    @ purmana
    hmmm…argumen yang bagus. 😀
    saya sendiri kurang suka mengejek sih. lebih suka mengkritik soalnya enak…geli wakakakkk 😆 (mengkritik dan mengejek itu beda bukan?). yaa…semua itu juga tergantung selera masing-masing sih..soal resiko profesi, itu memang hal yang wajar. saya juga sering kok nerima kritikan. tapi untungnya nggak sampe diejek.. 😆

    *resiko profesi*

    @ bloglatihan almas gendeng
    pake blognya siapa tuh?

    @ macdots
    dimaapkan! :mrgreen:

    *salaman*

    @ ndarualqaz
    hayah…perusak datang! 😈

    *pasang tolak bala*

    @ bloglatihan
    dari tadi ngitungnya salah mulu tuh.. 🙄

    *tertawa melecehkan* 8)

    @ iphan
    *nyodorin bayut jogja untuk nonton bareng iphan*

    @ raptor
    nggak ada apa-apa kok.. 😆

    @ purmana
    saya suka film luar. 8)

    @ suci
    coba aja tonton.. 😀

    @ norie
    waduh…kayaknya belum ada waktu nih.. 😆

    @ rie susah login
    waaaahh…rie bijak banget nih… *menjura*
    kayaknya besok jakarta bakal hujan badai.. 😆

    hmm..persepsi yang bagus rie. menurut saya ada benernya juga.. 😀

    @ edy
    *nunggu edy selesai ngitung kancing baju*

    @ v0uz
    wakakakk..bukan. 😆

    @ titov
    ditunggu komennya.. ^^

    @ niez-nya adit
    kirain nunggu adit ke semarang lagi, baru nonton.. :mrgreen:

    kalau tora sudiro yang jadi fahri, gimana ya?? 😆

    *muntah ngakak*

    @ baliazura
    haiyah…malah nyari bajakan.. 😆

    *ngirim intel ke bali*

    @ zam
    nanti saya duet sama eko deh. 8)

    err…saya sudah banyak nonton bts (behind the scene) film-film Indonesia. awalnya juga tertarik banget. kayak film apa tuh, pocong 2 atau kuntilanak (lupa). pas nonton filmnya, rada kecewa aja. ternyata nggak gitu serem hehehe… dan bedanya AAC dengan film-film yang lain, film ini makan duit 7 milyar.. 😆 jadi rada gimana gitu.. :mrgreen:

    naaah…soal beda novel dan film, komentar zam pas banget! itu yang saya maksud. makanya ada pro kontra kayak gini. karena kebanyakan yang sudah baca novelnya punya visualisasi yang bermacam-macam. dan tentu saja kecewa ketika film tersebut tidak sesuai dengan bayangannya.

    *bersyukur belom baca*

    zam, mending kamu bikin pilm itu. siapa tau booming.. :mrgreen:

    *ngikut pergi ke tanah suci*

    @ harriansyah
    udah dibaca blom? :mrgreen:

    @ dimas
    bagooosss.. 😀

    @ rwinciyin
    pilih yang mana? 😀

    @ takochan
    nunggu sampe kapan des? sampe ditraktir mas nunu? 😈
    coba tonton aja. worth to see kok.. ^^

  53. qzink666 berkata:

    sis… udah tau kan kalo pelem ama novel beda… saran saiyah, jangan baca novelnya kalo udah nonton pelemnya…. soalnya bakal bosen mampus karena berasa novelnya dipanjang-panjangin….

    *pengalaman abis nonton eragon terus baca novelnya*

  54. reshine berkata:

    ^_^
    makasih dah masuk ke blog saya dan taro link di post… 😀

    yah seperti yang saya tulis di blog… secara overall filmnya bagus.. hanya saja karena dibilang diangkat dari novel orang pasti membandingkan dengan novelnya, dan ini cukup mengecewakan… untuk dibilang film islami pun ini jadi kurang tepat, apalagi dengan latar belakang mesir, karena ada beberapa adegan yang justru tidak islami ( makan sambil berdiri, gaulnya yg cukup bebas terutama di 50 menit pertama, baca/tulis tulisan arab dari kiri ke kanan hehehe )….

    mungkin kalo dibilang ini film baru dengan inspirasi dari ayat-ayat cinta, bakal lebih enak ^_^ karena memang filmnya bagus.. namun bukan diangkat dari novelnya ^_^…

  55. Ping-balik: AAC « Sicindai
  56. BLOGIE berkata:

    Jadi urung deh dateng ke cineplex buat nonton AAC, padahal saya ngefans banget ama novelnya.

    gara2 otak saya dicokol oleh banyaknya komentar miring tentang film ini jadi saya mending pake bajakannya ajee..

    hheee… 😀

  57. mahma mahendra berkata:

    hehehe… . pilem bajakan yang beredar sebelum peluncuran pilemnya di bioskop menurut saya cuma salah satu strategi si produser ato si sutradara buat ngambil keuntungan. liat ja, dengan adanya kontroversi yang liat sebelum premier akhirnya membikin yang belum nonton penasaran. yang sudah liat bajakannya pun akan nonton lagi, karena katanya yang dibajak itu belum diedit.

  58. calonorangtenarsedunia berkata:

    pengen nonton tapi takut kecewa. soalnya udah kecewa pas baca novelnya.

    Katanya 7 dari 10 orang yang baca ayat2 cinta bilang buku itu bagus, dan saya termasuk yang 3.

  59. dimasu berkata:

    horraaay… hari ini saya baru nonton filmnya…
    sempet nangis.. hehe.. bukan karena ceritanya, tapi entah kenapa, saya teringat sosok Rasulullah.. Ada sedikit sifat Rasulullah pada diri si Fahri.. hiks..
    Untung bioskop gelap, jadi ga ketauan wajah nangis saya. wahahaha…

  60. restlessangel berkata:

    ga tertarik novelnya atopun pilemnya. soundtracknya juga, biasa ajah. liriknya deskriptif bgt. mentang2 latar belakang mesir trus ada kata2 padang pasir segala. yg gw asumsikan, film-nya sinetron bgt. tul ga???

    btw, umumnya adaptasi novel ke film, emang ga gitu bagus alias memuaskan pembaca novelnya. kaya kapt correlin mandolin, uuuuuwh jauh bgt antara novel dan film.

    tp gimana dg adaptasi komik ke film ???
    gimana dg adaptasi game ke film ????

    kembali ke ayat2 cinta, ya bagi yg suka, monggo. yg ga suka, ya ga usah nonton. gt aja kok refot, hehehe :mrgreen:

  61. cK berkata:

    @ takochan
    onlen, say.. :mrgreen:

    @ p4ndu_454kura
    hoo…tanggal yang 4 tahun sekali. :mrgreen:

    @ wazeen
    hihihi…saya sendiri puyeng sih. cuma sekarang udah biasa aja.. 😆

    @ qzink666
    ini qzink atau celo sih? 😕

    makanya saya belum baca novelnya, milih nonton dulu… :mrgreen:

    @ mathematicse
    tunggu kalau udah pulang ke indonesia, ya.. :mrgreen:

    @ ale
    bajakan itu khan halom™.. 😆 😆

    @ hanna
    mbak hannaaa!!! huhuhu akhirnya kembali juga. *peluk peluk mbak hanna*

    ditunggu postingannya. 😀

    @ reshine
    memang kalau soal beginian pasti bakal dibahas panjang lebar. oleh karena itu saran saya, terimalah film ini apa adanya tanpa membandingkan dengan isi bukunya. karena hasilnya tentu berbeda jauh, tidak sesuai dengan bayangan. 😀

    @ nenyok
    tempat kamu dimana? 😕

    @ quelopi
    begitulah tugas kritikus. mengkritik.. 😕
    tapi saya lihat sambutan film ini bagus lho.. 😀

    @ blogie
    walah…jangan sampe terprovokasi. :mrgreen:
    saya sudah denger berita miring tentang film ini, tapi saya mencoba membuktikan dengan mata kepala saya sendiri. 😀

    *bukan tipikal yang kemakan omongan orang*

    @ hair
    betul.. ^^

    @ mahma mahendra
    bisa jadi sih. tapi saya nggak mau suudzon. :mrgreen:

    @ eriek
    tampaknya begitu.. 🙄

    @ deet
    hihihi…saya juga belom baca kok. :mrgreen:

    @ calonorangtenarsedunia
    gyakakakak…kecewa kenapa han? apa karena soal “perfect”-nya itu? 🙄

    @ ekowanz
    gimana kalau kamu jadi produsernya? nanti saya jadi sutradaranya deh. 8)

    @ dimasu
    o’ow kamu ketahuaan~ :mrgreen:

    *ngasih tisu bekas*

    @ nin
    betul. doakan semoga mereka terus berkarya. 😀

    @ hanggadamai
    di jakarta sih masih ramai. bahkan ada bioskop 4 studio yang 3 studio-nya memutar film AAC. berarti hasrat untuk nonton film ini masih tinggi. :mrgreen:

    @ ades
    coba tonton. 😀

    @ restlessangel
    adaptasi komik ke film? ada tuh detektif conan. dan memang jauuh berbeda sama komik tapi pemerannya lumayan, yang main jadi rie di hana yori dango :mrgreen: tapi usaha adaptasinya boleh diacungi jempol. 😀

    kalau game ke film udah banyak. dan entah kenapa banyak juga yang protes. tapi hal itu sih biasa. makanya, tidak ada yang sempurna, seperti hal-nya mengadaptasi ke film.

    yup. kalau yang nggak berminat, ya jangan nonton. daripada nanti rugi 😆 btw mbak memeth khan doyannya horor dan action, bukan? :mrgreen:

    *ngajakin nonton shoot’em up*

  62. AdityaWirawan berkata:

    apapun kata orang, saya pasti akan menonton film ini, insyaAllah. Karena saya ingin melihat dan menilai sendiri. Janganlah kita tanamkan dalam diri kita untuk anti terhadap film Indonesia, walaupun stereotip filmnya gitu2 doang. InsyaAllah lambat laun juga akan maju. 🙂

  63. planetmiring berkata:

    Mungkin MD masih gagap bikin film berkualitas. Secara sinetron yg dirilisnya bukan main ancurnya…hehehehe…
    Btw, thx ya buat komentarnya di blog saya tentang film ini…

  64. warmorning berkata:

    jujur saya belom baca novelnya dan belum juga nonton filmnya, tapi yang jelas penontonnya memang dahsyat, sold out ever, film macem gini yg musti dibuat kayaknya, jangan ttg pocong mulu, takut juga saya nontonnya hehe

  65. Rinda "Juli" berkata:

    Subhanallah…
    Karya Kang Abik bener-bener membuat hati ini bergetar…
    Salut untuk AYAT-AYAT CINTA dan karya Kang Abik lainnya…

    Pengen banget nonton filmnya, tapi saya lebih interest dan lebih kagum sama karya tulis yang dikemas dalam novel kang abik ini…

  66. aldebaran berkata:

    film aac bagus juga meskipun novelnya kental akan ekspresi narsisme dan egomaniacal dari penulisnya yang dikemas dalam eksibisme kesalehan dan kealiman. Menurut gua cerita di novel aac merupakan dakwah islami sekaligus keinginan bawah sadar dari penulisnya untuk dipuja-puja. digila-gilai , dipuja2kaum wanita. Sebuah obsesi yang tidak mencapai kenyataan, akhirnya diproyeksikan dalam bentuk novel. Mungkin penulisnya pengen banget jadi nabi Yusuf. Dipenjara, difitnah, jago ngaji,ganteng, sholeh, alim dan dikejar-kejar cewe-cewe. Mantaaap hehehe

  67. anang berkata:

    coba dengarkan ilustrasi musik film aac di menit : 17, 37, 56.
    ada agenda zionis dibalik film aac.ayat-ayat cinta pake ilustrasi musik spiritual yahudi. coba cek di film karya sutradara yahudi steven spielberg :schindler list. Song theme schindler list sama persis dengan ilustrasi musik yang dipakai di ayat2 cinta(bukan yang lagunya rosa). coba search di youtube “schindler list music” atau
    di. http://www.youtube.com/watch?v=aX2qP3gP_Vs dan http://www.youtube.com/watch?v=ueWVV_GnRIA&feature=related musik itu digubahh komponis zion bernama itzhak Perlman yang diperuntukan untuk kampanye zionisme internasional . mengapa film islam menggunakan ilustrasi musik spiritual yahudi???

  68. cK berkata:

    @ adityawirawan
    yup. udah ditonton belum filmnya? 😀

    @ planetmiring
    sama-sama. 😀

    @ warmorning
    hihihi…betul. harus ada terobosan baru dalam dunia film. 😀

    @ raden mas angki
    siapa sutradaranya? 😕

    @ rinda “juli”
    hmm…another fans of novel AAC. 😀

    @ titov
    gimana jadinya? bagus? :mrgreen:

    @ aldebaran
    saya sendiri belum baca novelnya. jadi ga bisa komen soal ini. 🙂

    @ anang
    wah…saya kurang tahu tuh. bisa tanya ke mas hanung nya. tapi saya terus terang suka dengan soundtrack tersebut. film schindler’s list memang bagus. kalau soal yahudi, saya no komen.

  69. anto berkata:

    benar , kalau kita perhatikan dengan seksama ada musik yahudi di film itu. saya udah cek di youtube. dan saya sudah nonton film schindler list dengan lengkap.film itu sangat jewish sekali. ada kesamaan dalam ilustrasi musiknya.kalau film aac sampai diketahui orang2 jewish, mereka pasti sangat bangga, betapa film islam yang ditonton oleh 3 juta (konon) orang menggunakan musik spiritual mereka.

    kalo memang harus ada plagiat musik dalam film itu, kenapa yang dipilih lagu yahudi? kalo memang harus ada lagu yahudi di film itu kenapa harus dipilih lagu SPIRITUAL yahudi? kan banyak musik2 lainnya yang ngga provokatif yang bisa dibajak dan diplagiat. kalo memang harus ada ilustrasi film lain yang disisipi aac kenapa harus film schindler list? ?. pensisipan ilustrasi musik yahudi dalam aac saya yakin bukan unsur ketidaksengajaan. ada hidden massage, ada pesan tersembunyi, ada komunikasi konspiratif.film schindler list memang awan dikalangan masyarakat indonesia, karena film itu memang dilarang oleh MUI dan pemerintah indonesia. tapi dikalangan sineas? film itu bukan sesuatu yang asing.

  70. Dewy berkata:

    Saya suka akan Film Drama, KOmedi action dan sebagainya. menurut saya film ayat2 cinta “BIASA AJA” ngak ada yang dibanggakan dari alur ceritanya. KOnflik yang disajikan biasa aja. Soal cinta, perbedaan keyakinan, pindah agama. itu biasa saja.”TIDAK ORIGINAL”. kalau mau tahu konflik percintaan dan perbedaan keyakinan diluar sana lebih seru, seram dan meneganggkan. kalau dari segi penjualan FILM menurut saya FILM ini berhasil karena film ini dibuat di negara yang notabene ber agama MUSLIM. pastilah siapa saja yang menontonya akan bilang bagus. karena ada pesan moral (ISU agama) disana. Pertanyaan saya sangat sederhana. “APAKAH KALAU YANG SI FAHRI ITU KRISTEN DAN MARIAM YANG ISLAM LALU MARIAM MASUK KRISTEN (ALIAS SITUASI INI COBA DIBUAT TERBALIK). APAKAH BAKAL ADA PENONTON YANG BERJUBAL DAN ANTRI DI BIOSKOP ?????”

    SAYA YAKIN BUKANNYA ANTRIAN PENONTON YANG ADA MELAINKAN DEMO, KRITIKAN PEDAS DARI KAUM ULAMA DAN SEBAINYA, BAHKAN SAMPAI PADA PENCEKALAN. SEE………………….????,

    Cobalah rekan2 bukan saya anti perjalinan keharmonisan beragama, terpikirkah oleh kalian bagaimana seolaholah film ini dengan bangganya memaparkan ada yang menang dan ada yang kalah.

  71. cK berkata:

    @ fahroe
    saya nggak suka didongengin. :mrgreen:

    @ anto | dewy
    saya no komen soal ini. dan kalau bisa jangan bawa soal agama, karena yang saya bahas adalah soal filmnya. terima kasih.. ^^

  72. badret berkata:

    yang jelas india-india keparat itu makin kaya aja. dan loe orang islam berbondong-bondong memperkaya punjabi2 sialan itu. bayangkan miliaran rupiah ketangan mereka, coba tuh duit dipake buat fakir miskin, bangun sekolahan, ngemajuin iptek indonesia. loe semua gampang banget dikecoh ama punjabi. cuma ditampilin ayat2 quran,jilbab,bahasa arab loe semua langsung nilai ini film dakwah islam. what a naive!!. sekarang punjabi banyak duit dan siap2 lagi bikin sinetron2 konyol dan idiot.

  73. Dewy berkata:

    aku setuju banget ama badret, disinilah letak ketidak mampuan kita menganalisa antara satu seni yang murni seni dengan suatu seni yang disaji sedemikian rupa untuk mengeruk keuntungan.

    Karena apa…. ORANG INDONESIA paling mudah di dekati jika sudah bicara AGAMA, maaf banget saya harus mengatakan ini specialy agama islam.

    Faktanya…. yaitu coba situasinya dibalik, ada film yang bertema cinta cuma karena terlalu sayang ama sang cowo lalu dia married dan pindah agama dari agama islam menjadi non muslim.

    APA TIDAK AKAN JADI BOM kematian untuk yang buat FILM, SAYA YAKIN 100 %, jika film ini dibuat akan dinyatakan terlarang dan najis untuk di tonton………!!!

    PLS, bagi siapa aja yang baca tulisan saya. APA komentar anda akan kondisi ini……….???????

    APAKAH ini bisa dikatakan lagi sebuah karya seni besar ??????????????, PLS jawablah dengan hati nurani anda………..

    Jadi menurut pandangan saya orang yang buat film ini, dia tahu persis bahwa film ini dibuat hanya untuk mengeruk keuntungan dari sebuah ISU AGAMA yang dikemas dalam cerita cinta yang biasa dan tidak original. NAIF khan kita.

    Maafkan saya jika terlalu kontra, abis saya tidak bisa melihat film AAC ini adalah sebuah karya seni. Itu hanya sebuah replikasi cerita cinta biasa yang kalo mau di teliti, banyak kok yang ngalamin hal seperti ini. Tapi coba lihat faktanya apakah kalo hal ini terjadi pada sesungguhnya……….., apakah kita menyadari ada orang2 dekat yang terasa tersayat, gagal mendidik anak, kecewa terhadap tuhannya.
    Artinya konflik ini tidak sedemikian mudahnya. Diluar sana jauh lebih rumit dan menyedihkan.

    Marilah kita harus sama2 bisa menilai dari sisi lain, itulah bedanya antara sebuah karya besar dengan karya yang cuma mau ambil kesempatan dalam kesempitan.

Tinggalkan Balasan ke norie Batalkan balasan