Mengunjungi Pabrik Kertas PaperOne

pangkalan-kerinciSepulang dari Festival Sriwijaya, saya mendapatkan undangan untuk berkunjung ke sebuah pabrik kertas milik APRIL Asia yang memproduksi kertas dengan nama PaperOne. Dulu saya sempat berpikir PaperOne ini adalah kertas import, karena kemasannya yang sungguh international. Siapa yang menyangka merk kertas ternama ini merupakan produk Indonesia. Ternyata proses pembuatan kertas yang saya lihat, sudah diatur dengan baik sehingga tidak sembarangan menebang pohon-pohon di hutan.

PaperOne diproduksi dalam naungan RAPP (Riau Andalan Pulp and Paper) yang merupakan bagian dari APRIL. Berhubung saya adalah konsumen PaperOne, maka saya pun menerima undangan ke Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Untuk mencapai tempat ini, dari Jakarta kami terbang ke Pekanbaru, kemudian menempuh jalan darat sekitar satu setengah jam.

Walau jaman sekarang sudah mulai kebiasaan go green, namun tidak dapat dipungkiri bahwa saya masih menggunakan kertas dikarenakan banyaknya report dan invoice yang harus diserahkan dalam bentuk hardcopy. Maka pilihan saya pun jatuh pada PaperOne karena memiliki kemasan bagus (asli, pertama kali beli PaperOne karena kemasannya bagus). Tak disangka, saya sekarang malah memiliki kesempatan untuk berkunjung ke pabrik pembuatan kertas PaperOne.

5r

Reduce, Recycle, Reuse, Recover, Replace

Setiba di bandara Sultan Syarif Kasim II, saya dan rombongan yang terdiri dari Goenrock, Kang Motulz, mbak Ainun, dan Nath, langsung menuju Pangkalan Kerinci, tempat pabrik PaperOne. Di sana saya menginap di Hotel Unigraha yang terletak di kompleks RAPP.

Kamarnya luas, bersih, dan nyaman, walau memang bangunannya terlihat agak tua. Yang saya suka di Hotel Unigraha ini adalah masakannya yang enak-enak. Gak heran mengingat para pekerja di RAPP ini banyak orang asing sehingga standar makanan yang diberikan juga berkualitas tinggi, sesuai lidah internasional.

nasi-dendeng

Dendeng Bakar Kerinci favorit ❤

Sebelum mengunjungi pabrik, kami diminta untuk memakai safety boots untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.Prosedur ini wajib dilaksanakan demi keamanan. Baru kali ini saya memakai safety boots yang ternyata di dalamnya terdapat besi. Jadi kalau ada benda yang menimpa kaki, Insya Allah kakinya tidak apa-apa.

safety-shoes

Safety boots-nya lucuk!

Pemberhentian pertama adalah RGE Technology Center, yaitu tempat riset dan ruang display mengenai RGE, holding dari April Group. Di RGE Technology Center dijelaskan mengenai bagaimana proses produksi kertas mulai dari proses pengembangan benih, penanaman pohon, hingga akhirnya menjadi kertas siap pakai. Kertas tersebut tidak hanya menjadi kertas siap pakai, namun juga menjadi kemasan kotak, kotak susu, sampai dengan pakaian. Berhubung di dalam tidak boleh memotret jadi tidak ada foto-foto saat berkunjung ke sini.

Dari RGE Technology Center, kami diajak menuju Nursery Anakan Alam, yaitu tempat pengembangan pohon-pohon dan tanaman. Di sini banyak aneka tanaman yang belum pernah saya lihat sebelumnya.

nursery-anakan-alam

Setelah itu kunjungan selanjutnya adalah ke Kerinci Central Nursery (KCN). Di sini saya diperlihatkan proses penanaman bibit pohon sampai dengan pemeliharaannya. Bibit yang dikembangkan di sini merupakan bibit unggul yang telah melewati proses penelitian dan dikembangkan sedemikian rupa supaya hanya membutuhkan sekitar 5 tahun untuk menumbuhkan bibit ini hingga menjadi pohon yang siap tebang. Bibit yang ditanam untuk produksi kertas antara lain tanaman akasia dan tanaman eucalyptus.

bibit-pohon

Bibit-bibit ini akan menjadi pohon yang tinggi

Saya baru tahu bahwa sebagai negara khatulistiwa, Indonesia hanya butuh 5 tahun untuk mengembangkan pohon dengan bibit ini. Sedangkan negara-negara lain membutuhkan waktu hingga 20 tahun apabila ingin menanam pohon. Tak heran apabila Indonesia menjadi salah satu negara penghasil kertas terbesar selain Brazil.

Dijelaskan juga pohon-pohon yang ditanam ini sekitar 5 tahun kemudian akan ditebang untuk dijadikan kertas, jadi semua proses tersebut seperti looping yang tak pernah berhenti. Tanam bibit pohon, pelihara dengan seksama, tumbuh besar sesuai dengan rencana, tebang untuk diproduksi, diproses menjadi kertas, tanam bibit lagi seperti dari awal.

Di KCN juga ada Mother Plant & Production House. Di sini kami melihat proses penanaman bibit hingga penyiraman air secara merata dengan menggunakan mesin khusus. Menarik sekali. Setelah melihat proses-proses ini saya merasa bertambah pintar hahahaha~

plantation

Bibit-bibit pohon yang ditanam

Puas melihat proses penanaman bibit pohon, kami dibawa ke hutan untuk melihat langsung aneka pohon-pohon yang ditanam oleh RAPP. Kami melewati hutan dengan jarak sekitar 1.2 km. Sebenarnya gak jauh, hanya saja jalur menuju ke dalam licin dengan banyak batang pohon di mana-mana sehingga harus berhati-hati.

Selesai menelusuri hutan, saatnya ke pabrik! Di sini saya melihat langsung bagaimana proses pembuatan kertas PaperOne hingga menjadi satu paket yang siap dijual. Ini pertama kalinya saya pergi ke pabrik kertas, setelah sebelumnya sempat mengunjungi pabrik teh. Sebagai konsumen PaperOne, tentunya saya ingin tahu bagaimana proses pembuatan kertas ini.

Saya diperlihatkan proses bagaimana dari bubur kertas kemudian diolah menjadi lembaran kertas dan dibungkus dengan rapi menggunakan alat hingga akhirnya layak untuk didistribusikan untuk dijual.

Banyak sekali kegunaan dari pohon untuk kebutuhan sehari-hari, mulai dari kertas, kotak susu, sampai dengan bahan pakaian. Bahan rayon dari pohon ini juga digunakan untuk bahan pakaian Uniqlo lho!

pabrik-kertas

Kumpulan kertas yang sudah diolah

Selain ada pabrik kertas, di Pangkalan Kerinci ini juga ada sekolah, perkebunan, sampai dengan Rumah Batik Andalan, yang mengajarkan para penduduk di sekitar untuk memproduksi batik sendiri. Batik di sini setelah dicap atau ditulis, diwarnai dan kemudian dikeringkan untuk dijual. Saya selalu suka melihat proses pembuatan batik dan membeli langsung di tempat.

Sekarang saya jadi lebih mengerti, selama pohon masih bisa tumbuh maka kertas dapat terus diproduksi. Memang butuh waktu untuk menumbuhkan bahan dan melakukan proses pembuatan kertas, karena itu seluruh proses perlu diatur dengan baik supaya dapat terus berkelanjutan. Untuk detailnya bisa dilihat di video miliki Goenrock di bawah ini.

Ada saya di video!

Sungguh pengalaman yang menyenangkan bisa berkunjung ke Pangkalan Kerinci ini. Terima kasih APRIL yang sudah mengundang saya untuk melihat langsung pabrik RAPP. Dari sini saya akan terus berusaha menggunakan kertas sebaik-baiknya dan jangan sampai terbuang sia-sia, karena membutuhkan waktu 5 tahun bagi pohon untuk bisa membuat kertas-kertas ini.

Iklan

51 respons untuk ‘Mengunjungi Pabrik Kertas PaperOne

  1. shiq4 berkata:

    5 tahun mah lama mbak. Tapi agak bingung, memangnya berapa banyak pohon yg ditebang sekali proses produksi. Kayaknya nggak mungkin cuma berasal dari bibit yg ditanam sendiri. Mustahil itu nurut saya.

    • cK berkata:

      Iya, 5 tahun memang lama, tapi terhitung cepat tumbuhnya dibanding negara lain. Aku lupa ada berapa banyak pohon yang ditebang untuk sekali produksi. Cuma sempat dikasih tau ada sekitar 200 juta bibit yang ditanam per tahun.

    • Natalia berkata:

      Halo Shiq4 (dan Aditoo), kebetulan saya yang ngajak Chika di trip kemarin, jadi saya coba membantu menjawab pertanyaan kalian yah di sini 🙂 Salam kenal btw.

      Pertama, buat mencukupi kebutuhan produksi sampai kondisi sekarang ini memang gak instant sejak awal perusahaan berdiri, tahun 2004 barulah kita mencapai ‘self sufficient’, berkat pengembangan bibitnya (sumber:http://www.aprilasia.com/en/about-us/research-development) dan ini dengan beberapa catatan:
      – RAPP masih bekerja sama dengan sejumlah supplier terpilih (harus legal dan gak asal tebang) untuk mencukupi kebutuhan bahan produksi (sumber: http://www.aprilasia.com/en/about-us/our-operations)
      – Kebutuhan berapa pohon per hari gak ada, data yang tersedia sudah dalam hitungan berapa luasan yang kita panen setiap tahun, dalam hektar, yaitu 80ribu-90ribu hektar per tahun. Dan ini diimbangi dengan menanam kembali 200juta bibit per tahun. (sumber: http://www.aprilasia.com/en/sustainability/plantation-management)
      – Perlu dilihat juga, RAPP sendiri mengelola 480ribu hektar Hutan Tanaman Industri (bertahap sejak 1993) dan sekarang tanaman-tanaman pohonnya sudah generasi ketiga/keempat (sumber:http://www.aprilasia.com/en/sustainability/conservation). Ini belum termasuk luasan Hutan Tanaman Industri yang dikelola oleh supplier.
      – Ijin yang dipegang RAPP sebenarnya 1 juta hektar, dan aturan pemerintah mewajibkan 30% harus diperuntukkan fungsi lain (20% infrastruktur dll, 10% konservasi) tapi RAPP menargetkan komposisi 50:50 atau 1:1 untuk konservasi dan fungsi lainnya (http://www.aprilasia.com/en/sustainability/conservation)

      Kedua, soal 5 tahun itu masih lama, menurut saya ini relatif ya. Ini saya ambil dari sumber luar: “In Sabah, under optimal conditions, Acacia mangium attains 20-25 m and 20-30 cm stem diameter in 10 to 13 years.” (sumber:http://www.kew.org/science-conservation/plants-fungi/acacia-mangium-brown-salwood) – nah ini di Sabah yang masih di Asia saja masih wajar 10-13 tahun baru cukup besar untuk dipanen. Apalagi kalau di iklim subtropis dengan 4 musim, bisa lebih lama lagi. Maka dari itu bisa dibilang siklus 5 tahun itu sudah relatif lebih cepat dan R&D RAPP terus berusaha meningkatkan kualitas tanaman supaya produksi per hektar bisa makin banyak (http://www.aprilasia.com/en/about-us/research-development) atau ya pertumbuhannya bisa lebih cepat.
      FYI untuk pohon yang dipanen itu memang ada standarnya, harus diameter 25cm-30cm baru “layak pakai” 🙂

      Akhir kata, meskipun RAPP/APRIL Group memang berbasiskan sumber daya alam, tapi sebagai perusahaan, dan sebagai grup, RAPP/APRIL dan grup memiliki filosofi bisnis “Good for Community, Good for Country, Good for Climate and only then, it will be Good For Company” (cek: http://www.aprilasia.com/en/about-us/history). Silakan dibaca-baca lagi di website, semoga membantu ya 🙂

  2. puputs berkata:

    kalau tiap tahun bikin bibit, berarti ada kawasan hutan umur 1, 2,3,4 dan yang 5 tahun. sempet ambil fotonya gak chik,

    lucu kan pastinya, ngeliat hutan yg pohonnya sama semua umurnya,

    bukan yang bibit yah, tapi yg udah ditanem di hutan

  3. fenty6285 berkata:

    aku pernah ke tjiwi kimia, seru banget emang pergi ke pabrik2 gitu, tapi kayaknya menyenangkan liat bibit2 pohon gitu ya, cantik dan merasa amaze suatu saat itu akan jadi pohon yang besaar 😀

    http:// blog.fentyfahmi.net

  4. Dee Rahma berkata:

    Aku paling seneng nih informasi study trip begini. Jadi nambah wawasan dan pengalaman. Nggak semua orang punya kesempatan yang sama kan 😉

    PS: Itu sepatu safety-nya kiyuuuut banget modelnya!

  5. Kucing Merah berkata:

    Wah baru tahu kalo ada pohon yg bisa ditanam dan cuma butuh 5 tahun untuk ditebang.

    Oh iya teknologi untuk menentukan ketebalan kertas menggunakan teknologi nuklir lho wkwk (curhatan anak nuklir).

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s