Blog Sebagai Catatan Diary

Pagi ini tiba-tiba terbesit keinginan untuk kembali ngeblog. Ternyata tahun ini tidak ada satu pun postingan blog yang saya tulis. Ketika membuka dashboard WordPress, terlihat asing bagi saya. Bahkan saya harus mencari-cari bagaimana menulis postingan baru hahahaha saking lamanya gak buka blog.

Kemarin sempat melihat suatu video (lupa di mana), dan orang di video itu bilang mengenai tulislah diary, untuk bisa merekam memori apa aja yang dilewati pada saat itu, agar kelak ketika kita lupa, bisa kembali membaca diary tersebut, melihat fotonya, atau menonton video yang kita buat saat itu, supaya memori tersebut bisa terulang kembali.

Ada benarnya, karena ketika lupa suatu kejadian, saya sering membuka blog untuk mengecek apakah saat itu saya menuliskannya di blog. Sempat terpikir apa perlu ya saya bikin private blog yang isinya diary? Dulu tuh sempat ada di tumblr, tapi tidak saya teruskan.

Saat ini diary saya bernama Instagram Story. Saya menuliskan memori dan segala kegiatan serta keluh kesah saya di sana, karena menurut saya cukup aman. Instagram Story akan hilang dalam 24 jam, dan tidak ada komen berentetan seperti reply Twitter atau TikTok, sehingga saya merasa nyaman di sana. Tak perlu khawatir orang akan saling berdebat dengan konten yang saya buat.

Saya juga merasa dekat dengan orang-orang yang sering berinteraksi dengan saya. Rasanya seperti menemukan teman-teman baru. Makanya ketika pandemi menciptakan jarak, namun saya justru merasa dekat dengan mereka yang sering berkomunikasi dengan saya.

Dulu kalau menulis blog rasanya ada beban harus bikin foto bagus, harus ada video segala biar lengkap dan lain-lain, namun sekarang rasanya tidak perlu. Biarlah mereka yang suka membaca yang akan membaca blog atau Twitter. Biarlah mereka yang suka visual menikmatinya di Instagram, YouTube, TikTok, dan social media lainnya. Semua ada porsi masing-masing.

Sekarang lebih baik mencoba kembali menulis diary, seperti layaknya fungsi blog.

Iklan