Setelah tahun lalu absen Jakarta Fashion Week (JFW), tahun ini berkesempatan untuk nonton JFW yay! JFW kali ini kembali diselenggarakan di Senayan City. Sebagai orang yang mengaku suka fashion
tapi sayangnya gak fashionable saya wajib hadir di sini demi mengikuti perkembangan fashion terkini.
Di JFW, saya menghadiri fashion show dari merk ternama di Swedia, yaitu Uniforms for the Dedicated, House of Dagmar, dan Hope Stockholm. Terus terang saya tidak begitu mengikuti perkembangan fashion di Swedia, namun tentunya saya ingin tahu apa yang lagi trend di sana.
Acara dimulai sekitar pukul 4 dan alhamdulillah saya mendapatkan kursi front row alias depan banget. Bisa puas motret tanpa kehalang kepala orang lain!
Melihat fashion-fashion dari Swedia ini mengingatkan saya pada brand H&M yang berasal dari Swedia juga. Trend baju Swedia saya rasa dapat masuk ke Indonesia karena memiliki bahan-bahan yang cocok dengan kondisi cuaca di Indonesia serta modelnya yang minimalis namun trendi. Ada beberapa baju yang saya taksir (walau beberapa justru dipakai oleh model cowok).
UNIFORM for the DEDICATED. Keren nih!
Naksir baju yang ini
Kelar acara fashion show, saya mengobrol dengan Robert, diplomat dari Swedia yang jaga kandang di event ini. Robert mengatakan, di Swedia biasanya orang-orang tampil casual dan apa adanya. Bahkan untuk orang-orang berada, mereka tampil layaknya orang-orang biasa ke mall.
Hal itu pun dibuktikan ketika saya bertemu dengan Dubes Swedia yang tampil casual layaknya ibu-ibu bule yang ke mall nemenin anaknya. Sungguh terlihat low profile banget!
Tak hanya ke JFW saja, saya juga diajak menghadiri seminar Swedish Fashion Industry – Sustainability up front and international from the start. Seminar ini diawali dengan penjelasan dari Swedish Fashion Council, sebuah lembaga yang menjembatani bisnis fashion dari Swedia dengan berbagai stakeholders.
Saya baru tahu bahwa model bisnis di Swedia sedang ramai dengan peminjaman fashion. Karena pemikirannya adalah orang-orang akan bosan dengan satu jenis fashion dan terlalu sayang jika beli sebuah pakaian mahal lalu dipakai hanya beberapa kali. Di sini ada jenis lease & rent dan subscribtion, jadi semacam fashion library.
Workshop Swedish Fashion Industry
Lalu ada sesi Edukasi dan Kolaborasi. Di sini dijelaskan para pelaku bisnis fashion di Swedia merasakan kelangkaan dan mahalnya bahan-bahan industri fashion dan permasalahan limbah yang akhirnya menciptakan kolaborasi untuk riset serta menentukan standar bersama yang lebih sustainable.
Swedia ini tidak main-main dalam mengembangkan fashion mereka. Mereka melakukan riset untuk menemukan alternatif bahan pakaian yang lebih sustainable dengan tidak hanya mengandalkan hasil bumi yang terbatas, namun juga sintetis. Selain itu mereka juga membuat model bisnis penyewaan tas kain.
Dari sini banyak sekali pencerahan-pencerahan yang saya dapatkan, karena menurut saya memang benar apa yang dibahas di sini. Apalagi mengenai kebiasaan orang Indonesia yang impulsif membeli baju, namun ternyata hanya dipakai beberapa kali saja. Dengan adanya model bisnis penyewaan baju, gak perlu bimbang beli baju mahal yang cuma bisa dipakai beberapa kali. Mending sewa aja dan harga penyewaannya cukup terjangkau.
Terima kasih Swedish Fashion Council atas undangannya untuk hadir di Jakarta Fashion Week dan mengikuti workshop yang sungguh berfaedah. Sekarang jadi kepikiran buka bisnis sewa topi, coat, dan tas secara di rumah ada banyak dan jarang dipakai HAHAHAHA~
Semoga informasinya berguna!
*Pundung karena nggak diajak*
*Balik nunggu kak chika ninggalin komen di blogpost aku yang lain*
Eh lhoooo baju putih yang dipakai mbak-mbak lagi duduk nomer dua dari kanan itu lucu juga >.<
Undangannya cuma satuuuu :)))
Saya mendukung bisnis fashion yang sustainable ini. Mantab untuk kelestarian alam.
Kalo di Indonesia bisa berkembang gak ya penyewaan pakaian ini? Kayaknya orang kita masih gengsi nyewa pakaian.
Kalau gak salah baru mau masuk. Tapi pakaian yang disewa lebih ke pakaian mahal dan harga sewanya sekitar 900ribu per bulan. :’))))
Itulah beda kita dg ngra luar, mereka justru lebih casual. Tp mau gmn lg, kebiasaan impulsif kita dlm berbusana membuat kita tampak hebat, pdhal biasa aja.
Iyaaaah. Waktu fashion show juga baju yang ditampilin casual banget. Kalau di sini bajunya sekarang lagi banyak model heboh…
Wah kayaknya masih terdengar aneh mbak chika klo di indonesia ada bisnis penyewaan pakaian. Orang indonesia itu biasanya gengsinya gede, manalah ada yang berpartisipasi dalam sewa menyewa. 😀
Hahaha tapi ada temen beberapa kali minjem coat aku sih kalau mau traveling, ketimbang beli karena mihil. Siapa tau ini bisa dibisnisin. :)))
Hmmm aku kalau pinjem barang ke kak Chika gantinya kubawain oleh-oleh aja ya huhu *kizmin*
Oleh-olehnya yang banyak ya…
oke lagi bisnis fashion hijab hehe..makin rame di indonesia..coba di padukan dengan eropah..keceh
Model victorian gitu?
iyess kk..
Victorian lagi gak trend sih di Indonesia. Biasanya cuma buat pesta kostum. xD
iya sih..di indo gak cocok kan ya..
Bajunya simple tapi cakep yak, demen deh.
Ho oh, jadi pengen…
simple enak di pandang….
Makasih~