Siapa yang sudah pernah pergi ke Sumba? Banyak lho orang Indonesia yang masih bingung untuk membedakan Sumba dan Sumbawa, padahal keduanya terletak di pulau yang berbeda. Supaya gak pada bingung, saya jelaskan sedikit di mana letak Pulau Sumba dan Sumbawa.
Sumba merupakan bagian dari Nusa Tenggara Timur, sedangkan Sumbawa adalah bagian dari Nusa Tenggara Barat. Pulau Sumba terdiri dari empat kabupaten yaitu Kabupaten Sumba Barat, Sumba Barat Daya, Sumba Tengah, dan Sumba Timur.
Sudah jelas khan sekarang antara Pulau Sumba dan Sumbawa? Jangan tertukar lagi ya setelah membaca postingan ini. 😛
Tahun lalu saya beruntung bisa pergi ke Sumba karena menuliskan review film Pendekar Tongkat Emas. Maka ketika mendapatkan tiket PP ke Sumba dengan Garuda Indonesia, saya memutuskan untuk napak tilas Pendekar Tongkat Emas. Selama di sini Sumba saya pergi ke area Sumba Timur, Sumba Barat, dan Sumba Barat Daya. Gak sempat ke Sumba Tengah karena ternyata Sumba itu luas!
Untuk bisa mencapai Sumba, maka sebelumnya berhenti di Bali yang kemudian naik pesawat khusus yaitu pesawat Bombardier. Rutenya sendiri adalah Jakarta – Bali – Sumba. Nah kalau ada yang mau ke Kupang, naik pesawat yang sama, tapi berhenti dulu di Sumba.
Naik pesawat bombardier
Sesampai di Bandara Tambolaka, Sumba Barat, saya seharusnya dijemput oleh tour guide. Namun karena misinformasi, ternyata tour guidenya menjemput di Bandara Waingapu yang terletak di Sumba Timur hahahahaha~
Sambil menunggu dijemput di Sumba Barat, maka saya nebeng di rumah mertuanya. Dan tebak saya naik apa menuju ke sana?
Saya naik truk!
Woohoooo jarang-jarang bisa naik truk barang dan duduk di sebelah supirnya. Maklum biasa naik bus sama mobil. Kalau pun naik truk, pernahnya di bagian belakang, gak pernah duduk di depan. 😛
Setelah menunggu sekitar 3,5 jam, akhirnya datang juga pak Adi Mehe, tour guide untuk 5 hari ke depan. Di Sumba ini transportasinya masih sulit, sehingga sangat disarankan untuk menyewa tour guide selama berada di sini. Pak Adi ini kebetulan temannya tante saya, jadi kami pun percaya dengan arahannya.
Selama di Sumba Timur, saya dan Mama menginap di Hotel Tanto. Hotelnya cukup bersih, servicenya cukup bagus, sayangnya koneksi internet kurang bagus. Jadinya saya lebih memilih tidur cepat. Keesokannya, saya mulai berkeliling mengunjungi tempat-tempat menarik di Sumba.
Hotel Tanto di Sumba Timur
Pantai Watu Parunu
Salah satu tempat shooting Pendekar Tongkat Emas yang saya datangi adalah Pantai Watu Parunu. Pantainya sepiiii banget. Cuma ada saya, mama saya, dan pak Adi. Di sini saya foto-foto saja karena bingung mau ngapain. Mau berenang tapi gak bawa baju renang.
Tebing yang ada di belakang saya ini konon salah satu tempat shooting film Pendekar Tongkat Emas. Cukup kece buat foto-foto. Yah, namanya juga turis, pengennya foto-foto mulu.
Mama tercinta ❤
Padang Savana
Padang rumput ini indah sekali. Sayangnya saya ke sana pas sedang musim kering, sehingga beberapa bagian rumput terlihat tandus dan kering. Cuaca di Sumba ini juga cukup terik dengan angin yang cukup kencang. Disarankan memakai kaos kalau jalan-jalan ke sini.
Luas yaaaa!
Padang Savana ini juga merupakan salah satu lokasi shooting Pendekar Tongkat Emas. Saya lupa persisnya di mana karena Padang Savana ini sangat luas. Yang pasti kalau ke sini bisa gegulingan sepuasnya kayak Syahrini.
Main Ke Nudist Beach, Pantai Purukambera
Ketika saya check-in di Swarm, katanya sih ini nudist beach alias pantai yang membebaskan pengunjung untuk bugil. Tapi pas ke sini, kok… kosong…
MANA INI KATANYA NUDIST BEACH!? 😆
Karena kosong banget dan gak tahu mau ngapain, akhirnya cuma foto-foto aja lagi. Mau gelar tiker kayak piknik tapi kok mataharinya mentereng amat. Saya gak lama di sini. Setelah itu mampir ke tempat tinggal penduduk untuk melihat kain-kain tenun.
Berkunjung ke rumah penduduk
Main ke pedesaan dan berkunjung ke rumah penduduk dapat menjadi salah satu tujuan ke Sumba. Rumah-rumah yang ada di sini bisa dibilang rumah tradisional karena masih dibangun menggunakan tali dan rotan yang diambil dari hutan. Rumah-rumah ini berbentuk rumah panggung dan biasa disebut sebagai rumah tiga alam karena secara vertikal terbagi menjadi tiga bagian yaitu:
- Toko Uma: bagian atas atau menara tempat berdiam para roh
- Bei Uma: bagian tengah bangunan sebagai tempat hunian manusia
- Kali Kabunga: kolong rumah tempat hewan peliharaan dan roh-roh jahat
Pemukiman rumah adat penduduk di sini biasanya disertai dengan kuburan yang terbuat dari batu. Kuburan tersebut merupakan kuburan orang-orang terpandang di desa ini.
Ini kuburan lho…
Bagian kolong rumah biasa ditempati hewan-hewan peliharaan seperti babi, anjing, atau hewan ternak lainnya. Lihatlah babi-babi ini, kalau sudah besar saya yakin mereka akan dipotong untuk disantap.
Empat babi kecil
Berburu Kain Tenun Cantik
Saya lupa posisi ini di desa mana, tapi yang pasti di sekitar sini banyak pengrajin kain tenun. Katanya kalau membeli kain tenun langung dari rumah si pembuat, harganya bisa lebih murah. Benar saja, kain panjang yang cantik ini saya beli seharga 600ribu. Kalau di luaran bisa seharga 1 juta lebih. Lihatlah kain-kain tenun yang cantik ini.
Kain-kain tenun nan cantik
Proses membuat kain tenun cukup lama sehingga wajar kalau harga jual kain ini cukup mahal. Namun karena membeli langsung dari tangan pertama, jadinya lebih murah. Aaah, senang sekali bisa membeli kain tenun dengan harga bersahabat. ❤
Menikmati Endless Hills
Di Sumba ada pemandangan menakjubkan yaitu bukit-bukit yang tak berujung. Kalau nonton film Pendekar Tongkat Emas, kamu pasti akan takjub dengan pemandangan bukit yang tak ada habisnya itu. Dan saya akhirnya bisa menyaksikan sendiri dengan mata kepala sendiri.
Bukitnya banyaaaaak
Kalau ke Sumba, cobalah foto dengan latar belakang bukit ini. Pasti fotonya bakal banyak dapat likes di Instagram! *eh*
Bukit tak berujung
Bukit-bukit ini dapat dilihat sepanjang perjalanan Sumba Timur ke Sumba Barat. Oh iya, di antara perbukitan yang bentuknya menyerupai orang sedang tidur. Mirip seperti pulau yang ada di film The Life of Pi gitu.
Mirip orang tidur gak?
Berenang di Danau Weekuri
Danau Weekuri terletak 1.5 jam dari Tambolaka, Sumba Barat. Tempatnya cukup jauh dan disarankan membawa orang lokal untuk menunjukan jalan karena tidak ada papan petunjuk sama sekali untuk menuju Danau Weekuri. Bahkan pak Adi yang merupakan orang Sumba saja masih belum hafal rute ke tempat ini sehingga mengajak orang lokal yang sedang duduk-duduk di dekat perumahan untuk menunjukkan jalan.
Saya masih ingat bagaimana pak Adi mendatangi salah satu warga lokal yang sedang duduk di halaman rumah. Lalu ketika diminta untuk menunjukkan jalan, orang itu mau aja. Tapi pas masuk mobil, saya bisa melihat orang tersebut membawa benda tajam seperti parang. Katanya alat tersebut sebagai alat pertahanan. Mungkin pertahanan diri dari babi hutan kali ya…
Sesampai di Danau Weekuri, terbentang luas air berwarna hijau toska ini. Sungguh cantik! Sebelum berenang diminta untuk mengisi absen terlebih dahulu. Katanya mendata para pengunjung. Dan saya merupakan pengunjung ke-15 di bulan Januari ini. Ternyata jarang banget ada yang datang ke sini. Ya ampun, Danau Weekuri ini seperti surga yang tersembunyi!
Danau Weekuri dikelilingi karang tinggi dan di bagian bawah karang ada lubang menuju ke laut, oleh karena itu air yang menggenang di sini merupakan air laut. Tentu saja rasa air-nya asin.
Mari berenang!
Ketika saya mulai berenang, airnya masih sebatas dada. Namun setelah berenang hampir sejam, tak terasa airnya mulai naik hingga seleher. Karena air semakin tinggi, saya pun akhirnya menyelesaikan berenang. Sudah harus balik lagi ke hotel karena sore-nya saya pulang ke Jakarta.
Selama di Sumba Barat, saya menginap di Hotel Sinar Tambolaka. Hotelnya cukup murah, nyaman, dan desainnya OK. Di belakang hotel ini ada bebatuan seperti di Stonehenge. Makanan di sini biasa aja, tapi lokasinya sungguh dekat dengan bandara.
Senang sekali bisa mengunjungi salah satu pulau di Indonesia. Tampaknya ke depannya saya ingin lebih sering mengunjungi tempat-tempat di Indonesia yang belum pernah saya datangi. aSemoga saja semakin banyak gratisan diskon tiket pesawat. *mengamini sendiri*
Ada yang punya usul tempat selanjutnya yang harus dikunjungi? 😀
Pengen balik lagi deh…
Ke sana ah
Ayooo teniiit~
Eksotis banget lansekapnya..Habis melihat danau yang bak cermin ini, pasti bakal banyak turis ke sana 🙂
Tapi menuju ke sananya susah lho, gak ada papan petunjuk. :))
yg perbukitan itu kayak wallpaper windows xp jaman dulu.. mirip
Itu yang mana ya? *ngaku-ngaku generasi millenial*
Heee takjub banget liat bukitnya kaya bukit teletubbies. *kemudian berpelukan XD
Ya astaga danaunya panas-panas emang enak banget kayanya langsung nyebur ke danau bening gitu ya. Chikaaa lain kali ajak aku ke sanaaaaaaa *mure* hahaha
Iyaaa pas berenang enak banget, sayangnya asin-asin gitu kayak ada yang pipis. :))
Cakep-cakep naik truk
Eh, Danau Weekuri kewrenn
Jarang-jarang kan ada orang cakep naik truk…
hiksss pengen ke Sumbaaa T_T
keren ya itu bukit2nyaaa, kayak bukit teletubies hehehe
duhh sayang ga ada foto kak Chika lagi naik truk *dicubit*
Ntar aku posotop biar kelihatan lagi naik truk…
ayooo ke Sumba, nanti saya temani 😀
Wah, jernih banget airnya!!!
Bangeeeet. Enak berenang di sini. xD
Ah, mupeng!!! HAHAHA
halo kak, saya warga Sumba yang tinggal di Malang. Terima kasih atas review yang bagus tentang Sumba. Semoga setelah membaca tulisan kakak, orang-orang bisa membedakan antara Sumba dan Sumbawa.
Tahun depan main-main lagilah ke Sumba di bulan Februari atau Maret, karena ada festival Pasola yang diadakan setahun sekali yang sangat menarik buat di lihat. 🙂
Wah menariiik! Mungkin bisa dicatat untuk tahun depan. Terima kasih infonya. ^^
bulan November nanti juga ada Pajura (tinju ala Sumba) dan tradisi menculik gadis dan kalango kak.
Waaaah tradisi menculik gadis itu gimana ceritanya? Saya gak pernah dengar. :O
Hiii iya bener Mbak Chika aku juga kira itu tempatnya sama Sumba dan Sumbawa. Semacam orang yang mikir kalau Bangka dan Belitung itu lokasinya satu kepulauan hehe.
Aaaah envy sama foto-fotonya, kapan ya bisa main ke Sumba. Harus masuk bucket list ini pokoknyaaaa 😀
Di Sumba serba murah! Makan di resto Padang bertujuh habisnya sekitar 100 ribu. Hotelnya juga gak gitu mahal. 😀
ulasan yang bagus mbak, jadi tertarik ke SUMBA 😉
Salam kenal mbak, jika gak keberatan mampir di blog saya mbak :
mhdanugrah.wordpress.com
Hi salam kenal Muhammad, saya coba klik blognya kok gak ada ya? 😀
blog saya ini mbak mhdanugrah.wordpress.com
Ooooh pantesan aku klik yang di profile kamu malah gak nyambung hehehe…
hehehe ia mbak, monggo singgah mbak 🙂
Rumput nya hijau, indah dipandang mata, wahhh udaranya pasti sejuk tuh ya.
banyak moment indah yang tidak di lewatkan orang nih
Ayo jalan-jalan ke Sumba! 😀
Wah keren artikelnya mba, pengen kesana cuma belum kesampean.. Dapet info disini buat persiapan kesana (klo jadi).. Hehee btw nice artikel mba! Salam kenal 🙂
Salam kenal! Semoga perjalanan ke Sumba lancar ya! 😀
Yaaaah gak ada yang nudis nudis 😦
Maaf mengecewakan >____>
Euh.. pertama kali jatuh cinta sama sumba waktu liat postingan ig @sashadigiulian pemanjat Amerika yang Juni lalu manjatin tebing-tebing di sumba. Cari-cari trip report Sumba dapat blognya mbak Chika ternyata beneran apik euh. 🙂
Sumba emang baguuuus, dan belum banyak terexpose…
hebat nih. jalan2 terus
Rajin menabung biar bisa jalan-jalan~
penyakit anak muda, susah menata keuangan.
Berarti nanti aja kalau sudah tua #eh
wahwahwahh..
Hai sist, bisa mnta nope pak adi? aku mau ksana tgl 25 mei. Tlg wa aku ya sist susan 081284221978. Makasih banyak sist
Iya.. boleh minta nmrnya pak adi… soalnya rencana mau k sumba jalan jalan…
Hai, nomer pak Adi kayaknya udah berubah. Soalnya aku coba hubungi gak bisa.
hallo salam kenal.. apa sudah ada info pak adi.. kalo ada saya minta infonya juga
Sumba ini kayaknya menarik cuma sayangnya agak berat di ongkosnya ya
Tiketnya mayan mihil ya…
kalo ke NTT jangan lupa mampir ke sumba barat daya ya kawan kawan untuk
Menikmati Eksotis Pantai Mananga Aba