Guru. Seperti yang diketahui, guru merupakan pahlawan dalam hidup setiap orang. Tanpa mereka sadari, profesi mereka telah menolong banyak orang. Menjadi guru adalah profesi yang berat. Setiap perbuatan dan ucapan mereka seringkali jadi panutan para murid.
Namun guru tidak hanya ditemui pada mereka yang berprofesi seperti guru. Buat saya, guru adalah orang yang bisa menjadi panutan, dengan apapun profesi mereka.
Ada beberapa guru yang terus ada dalam ingatan saya. Salah satunya adalah guru biologi waktu SMA, yaitu ibu Dolok Saribu. Ibu Dolok mengajarkan saya bagaimana harus jujur dan bertanggung jawab.
Banyak yang bilang Ibu Dolok ini galak, namun menurut saya Ibu Dolok hanya tegas. Murid yang tidak buat PR, ya dimarahin. Murid yang berbohong, jangan harap bisa lepas dari hukuman.
Bu Dolok selalu bilang dia bisa melihat mana yang bohong dan mana yang jujur. Untuk membuktikan kemampuannya, saya pernah iseng berbohong. Pas ditanya apakah saya takut darah, saya bilang saya takut. Jadinya saya gak ikut deh pelajaran memotong katak. 🙄
Padahal boro-boro takut darah, kalau mimisan aja saya malah keluarin semua darahnya dari hidung, bukannya disumpel pakai tissue. Dari sini saya jadi tahu kemampuan Ibu Dolok membedakan orang yang jujur atau bohong ini cuma gertak sambal.
Terakhir saya dikabarkan bahkan Ibu Dolok ini telah meninggalkan dunia untuk selama-lamanya. Terbesit rasa sedih ketika mendengar kabar tersebut, namun setiap mendengar namanya teringat kebiasaan Ibu Dolok yang suka bernyanyi saat mengajar. Ibu Dolok juga saya ingat dengan tagline favorit beliau yaitu “Kau yang berbuat, kau yang bertanggung jawab.”
Entah kenapa kalau diminta menuliskan soal guru, nama Ibu Dolok yang terbesit di pikiran saya untuk pertama kalinya. Padahal kalau diingat-ingat, masih banyak guru lainnya yang hadir dalam hidup saya.
Guru lainnya yang paling saya ingat adalah guru teori musik di Sekolah Musik YPM, yaitu Ibu Eko. Di SM YPM, nama Ibu Eko sudah sangat dikenal. Beliau sudah mengajar lebih dari 20 tahun. Saya lupa berapa lama tepatnya. Yang pasti Ibu Eko sudah mengajar teori musik sejak saya masih pakai seragam putih merah.
Saat saya menginjak kelas 1 SMP, waktu belajar di sekolah saya adalah siang hari. Dulu beberapa sekolah negeri ada sekolah siang (karena kelasnya gak muat, semua kelas 1 dibikin siang). Jadi waktu untuk les piano jadwal saya berganti jadi pagi hari. Untuk pelajaran teori musik di pagi hari, murid yang diajar cuma 2-3 murid (karena dikit banget yang sekolah siang).
Selama setahun saya belajar teori musik diajarkan oleh beliau. Minimnya murid membuat saya selalu duduk persis di depan beliau. Dari situlah saya jadi akrab dengan Ibu Eko. Kalau ada kesulitan, saya bisa langsung minta diterangkan. Dan minimnya murid justru membuat saya bisa berkonsentrasi.
Lalu ketika saya kembali sekolah pagi dan les piano di siang hari, saya dihadapkan dengan kelas yang banyak murid. Setahun tidak bertemu dengan teman-teman les piano rasanya agak asing. Ibu Eko yang melihat saya merasa terasing lalu mengajak saya untuk duduk di depan dia.
Saya sempat mendapat tatapan (entah tatapan aneh atau kagum) ketika setiap minggu selalu duduk di depan Ibu Eko. Tapi justru setelah itu malah makin banyak yang duduk di depan dan menemani saya duduk. Salah satunya malah masih akrab sama saya sampai saat ini. 🙂
Berkat duduk di depan Ibu Eko ini nilai teori saya lumayan bagus. Karena Ibu Eko ini juga saya jadi banyak belajar bagaimana cara mengajar yang baik. Ibu Eko ini tidak galak, tapi selalu disegani oleh murid. Salut untuk beliau.
Sekarang saya pun mencoba meneruskan jejak Ibu Dolok dan Ibu Eko. Saya mencoba menjadi guru. Guru piano tepatnya. Memang bukan guru sekolah, namun buat saya menjadi pengajar merupakan pekerjaan yang membanggakan. Tak terasa pula, Desember nanti sudah 7 tahun saya mengajar piano. Gak terasa yah. ^^
Teruntuk semua guru di Indonesia, Selamat Hari Guru Nasional! Ini cerita saya tentang guru. Bagaimana cerita kamu? 😀
.
Selamat Hari Guru! 😀
Salah seorang guru yg istimewa buat saya namanya Pak Kuwat, masih hidup sampai sekarang. Beliau guru matematika dan berkat dialah saya jago matematika 😀
Malahan waktu anak beliau masuk SMA dan saya sudah kuliah, beliau sempat minta saya memberi les matematika untuk anaknya yg SMA itu
Om Yahya ndak jadi guru matematika aja? 🙄
Aku selalu membayangkan kalau orang yg bisa main piano itu lebih cerdas dibanding orang rata-rata. Gitu gak sih kak?
Wah aku gak tau kalo yang ini…
Duh. Gag abis2 deh, kalo bahas soal guru. Emang guru killer atau galak atau whatever sebutannya itu, baru krasa manfaatnya kalo kita udah beranjak dewasa (baca : tua) ya Chik 🙂 Sekarang aku yang sibuk puk-puk-in anakku gara-gara guru wali kelasnya killer abis 😦 Eniwei, nice story Chik
Yang killer itu justru yang paling sering diingat. 🙄
teruslah mengajar chik, menghasilkan murid yang berprestasi nantinya pastinya akan membahagiakan hidupmu ^^
Amin. 😛
eh loh, Chik .. yang dimaksud Ibu Dolok Saribu itu, yang guru Biologi bukan ya? jangan jangan kita 1 SMA hihihihih. Ibu Dolok – ku itu juga selalu gertak, akan selalu tau, mana yang nyontek atau mana yang ndak saat ulangan. alhasil, ndak ada yg berani nyontek saat ulangan beliau 😀
Wah kayaknya SMA kita sama. Yang deket Monas itu kan?
hahaha iya bener. yang nyempil² masuk gang :p
berarti “anak buahnya” pak Tambunan juga ya
*tooss*
“Guru” sebuah profesi, bukan sebuah pekerjaan. hmmmm. maknailah dengan benar wahai para “guru”
Ah benar juga. 😀