R.I.P. Boncel (2004-2010)

Minggu kemarin sukses menutup hari sebagai Minggu kelabu. Boncel, kucing jantan tertua di rumah kondisinya mendadak drop. Memang ketika semalam pulang, ia mendadak pendiam dan tak mau makan. Sudah diberi susu tapi ditolaknya.

Karena sekujur badannya basah, saya mengira dia mungkin kedinginan karena kena hujan. Akhirnya setelah badannya dikeringkan kami suruh dia tidur.

Keesokannya, Boncel masih pendiam. Tapi ia sempat mengeong ke kakak saya ketika akan berangkat ke seminar. Saya sendiri baru bangun siang harinya dan ketika mengecek, dia sedang tertidur. Saya pikir biarlah dia beristirahat. Siapa tahu kondisinya drop karena terkena hujan.

Sorenya, tiba-tiba simbak memberi tahu badan Boncel dingin dan kaku. Matanya kosong seakan-akan sudah tidak sadarkan diri. Dengan segera langsung disemprotkan susu ke mulut Boncel. Tak lama setelah itu ia memuntahkan cairan-cairan berwarna kuning kecoklatan.

Langsung yang terbesit dalam pikiran saya adalah kucing ini keracunan, entah keracunan apa. Dalam keadaan panik saya mencoba menelpon seluruh dokter hewan yang saya kenal. Berhubung hari libur, tentunya mereka tidak praktek. Untung ada satu dokter yang memberi tahu bahwa ada klinik dokter hewan 24 jam. Segeralah saya membawa Boncel ke sana.

Sesampai di sana, dokter langsung memberi infus, vitamin, glukosa, dan oksigen. Kondisinya drop, detak jantungnya sudah berat. Dokter memberi tahu kesempatan hidupnya 50-50.

Di sana saya berusaha menahan tangis karena banyak orang. Beberapa pandangan iba memandangi saya dan Boncel. Saya cuma bisa pasrah dan berdoa, walaupun saya sendiri tetap optimis bahwa Boncel bisa sembuh.

Dokter menyarankan Boncel diinapkan dahulu. Saya pun memutuskan pulang dan berencana akan kembali menjenguk pada malam hari.

Ketika akan berangkat menjenguk, klinik memberi tahu bahwa keadaan Boncel kritis. Segeralah saya dan kakak menuju klinik 24 jam tersebut. Sesampai di sana rupanya sudah terlambat. 😥 Boncel baru saja menghembuskan nafas terakhirnya beberapa saat yang lalu. Air mata pun tidak bisa tertahankan. Flashback tingkah laku Boncel selama ini seakan-akan diputar kembali.

Boncel adalah kucing tertua di keluarga saya. Berawal dari anak kucing rewel yang minta makan di depan rumah. Karena tingkahnya baik, akhirnya diputuskan untuk dipelihara di rumah. Ini adalah pertama kalinya keluarga saya memutuskan untuk memelihara kucing lagi setelah sekitar 10 tahun tidak memelihara kucing.

Walaupun suka pipis sembarangan, tingkah lakunya sangat menghibur sekeluarga. Beberapa alasan kenapa memutuskan memelihara kucing antara lain agar Oma di rumah punya kegiatan yakni mengurus kucing, ketimbang hanya duduk dan menonton tv saja.

Sekarang keadaan Oma baru sembuh dari stroke dan sedang menjalani pengobatan. Sampai saat ini saya tidak tahu bagaimana memberi tahu Oma kalau kucing tercintanya sudah tidak ada. Saya takut keadaan Oma menjadi drop. 😦

Selamat jalan Boncel. Semoga bahagia di alam sana.

64 respons untuk ‘R.I.P. Boncel (2004-2010)

  1. mawi wijna berkata:

    saya sedih bacanya mbak, meskipun sy udah berkali-kali ditinggal mati kucing peliharaan tapi tetep aja sedih melepas mereka yg sudah menemani hari-hari kita dahulu…hiks…

  2. Dewa Bantal berkata:

    Jangankan kucing… aku aja kadang merasa sedih, bahkan kadang menitikkan air mata kalau harus membuang baju-baju lama… atau sepatu… apalagi kalau ngejual komputer… ;(

    Kronis dah… huhuhu.

    Selamat jalan Cel…

  3. elia|bintang berkata:

    wah emang kerasa banget nih sedihnya. kebetulan gue juga pet lover. waktu kecil pelihara kucing, sekarang anjing. emang sedih rasanya pas mereka mati.

    selamat jalan boncel 😦

  4. nana berkata:

    kucingnya lucu sekali..
    wah mbak..coba diliat2 tuh tetangganya, pernah kucing saya kayak gitu gak taunya emang diracunin sama tetangga sendiri.

    turut berduka yaa…

  5. Riri~ berkata:

    Wah nama kucingnya samaaaa.. (tapi punya gw dah lama RIP-nya)
    Jadi nostalgia plus kangen dia lagi.
    He was the cutest (and stupidest) cat ever! -dulu kalo gw pulang biasanya dia sibuk sok sok pengen bukain pintu kakinya nggapai2 gagang pintu, pintu kebuka lari kenceng dia n seringnya sampe kejedot tembok haha.. duh sedih jadinya-
    Anyways.. turut berduka..
    Nice blog btw 🙂

  6. tuteh berkata:

    Misteri Illahi yah… umur makhluk hidup tak ada yang dapat memprediksi… termasuk si tuting Boncel… Kucing saya banyak. Yang paling disayang; Polar namanya… RIP gara2 dipukul orang huhuhuhu… :/

    Btw, salam kenal…

  7. titiw berkata:

    HUWAA!! CHIKA!! Aku bacanya mau nangiss!! huhuhu.. soalnya tahun lalu kucingku mati juga gejalanya gitu.. huhuhu.. yg tabah ya say.. cep cep.. boncel cakep banget ya.. pasti di sana banyak yg ngecengin.. percaya deh.. *hugs*

  8. Eru berkata:

    In condolence chik (cozy)

    Memiara kucing dari kecil udah kaya anggota keluarga aja,
    nyebelin berulah tapi fluffy soothing >_<

    Jadi ingat Black-kucing-hitam-betina-bernama-jantan-ku yang
    dulu meninggal miri2p gini juga 😦

  9. Mas Ben berkata:

    Namanya seperti nama kucing saya saat di kalimantan dulu. Entah kini bagaimana nasib dia setelah kami pindah ke Jawa. Semoga dia diadopsi oleh keluarga yang baik, atau oleh tetangga yang kami titipkan boncel dulu 🙂

    Salam bentoelisan
    Mas Ben

  10. yudy berkata:

    waduh…… itu kesedihan kehilangan dan sesuatu yang menghibur dan kiranya menggingatkan kita setelah mati kita yang sebagaimana adanya tetap punya kesan dan lebih dari itu setelah mati kita kemana? Miliki jaminan keselamatan dan hidup dan hidup sesuai dengan kehendak pencipta, thx. ikut sedih juga dan merasakan. BGU.

  11. Paijo berkata:

    Sedih memang kalau ditinggal mati oleh binatang peliharaan yang sudah menjadi anggota keluarga. Saya jadi ingat kucing-kucing saya yang sudah mati yaitu Kesie dan Ireng (keduanya diracun orang), serta Omeng (terlindas sepeda motor orang lewat). Saking dekatnya saya dengan kucing-kucing saya, saya sebut mereka “anak-anak kecil” ketika membicarakan mereka. Saya juga punya kebiasaan berbicara dengan mereka. Walaupun mereka hanya bisa mengeong tetapi mereka bisa menangkap ekspresi dan maksud yang saya sampaikan meskipun hanya sebagian. Boncel telah tiada, RIP (Relakan Ia Pergi).
    Terimakasih dan salam eksperimen.

Tinggalkan Balasan ke cK Batalkan balasan